13 DAYS
[1]
“Kembali berkenalan dengan masa lalu merupakan awal terbaik untuk melangkah lebih baik”
Perahu pesiar berukuran kecil masih banyak mondar-mandir di sepanjang sungai di tepi kota Forsand. Sore yang gerimis bukan halangan bagi pelancong untuk menikmati gulita kota itu. Justru suasana seperti ini merupakan daya tarik tersendiri bagi pelancong. Menyaksikan titik-titik gerimis yang jatuh di permukaan sungai merupakan keajaiban tersendiri. Terlebih permukaan sungai yang mengalir tenang adalah sensasi tersendiri.
Tak sampai lima menit kemudian, perahu pesiar merapat ke dermaga. Kaki-kaki bersepatu sport menjejak dermaga. Rombongan itu pun bubar setelah melambaikan tangan pada pengemudi. Lima orang yang terdiri dari tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan berjalan beriringan. Mereka adalah pasangan muda yang ingin menghabiskan waktu bersama, kecuali seorang laki-laki bernama Tobias.
Di sebuah pertigaan jalan kecil beraspal, mereka memutuskan berpisah. Dua orang pasangan memutuskan untuk belok kanan menuju penginapan. Sementara, Tobias memilih belok kiri menuju tempat favoritnya saat berkunjung ke tempat ini, “Aurora Coffee Shop”. Tobias tidak menyadari ada seseorang yang menguntit di belakangnya. Dia terlalu bahagia bisa kembali ke kota ini lagi demi memenuhi janjinya mantan kekasihnya untuk menemui dan memperbaiki hubungan lagi, sehingga tidak memedulikan keadaan sekitar. Setelah putus baik-baik mereka memang tidak lagi berkomunikasi.
Matanya liar menyapu sekeliling. Setelah hampir dua tahun tidak ada yang berubah dengan coffee shop ini. Sentuhan arsitektur Eropa kuno masih mendominasi. Coffee shop ini tetap menawarkan kehangatan yang sangat pas saat gerimis seperti sore ini. Beberapa orang yang lewat tampak singgah untuk menikmati black coffee racikan pemilik yang sudah terkenal itu. Sore itu, coffee shop tampak ramai pengunjung.
“Eh… Tobias. Tumben nih,” sapa pemilik coffee shop itu ramah, seperti biasanya.
“Iya, Pak. Kebetulan lagi liburan,” jawab Tobias sambil tertawa.
Keduanya terlibat obrolan hangat dan singkat, dari masalah kuliah sampai kekasih Tobias yang pernah ditinggalkannya di kota ini. Pak Bernard, pemilik coffee shop itu tahu benar tentang hubungan mereka berdua yang hanya seminggu sebab kekasih Tobias adalah putri satu-satunya.
Tobias memutuskan untuk menuju meja nomor 7. Meja yang pernah menjadi saksi kisah cintanya bersama mantan kekasihnya. Dia yakin mantan kekasihnya sebentar lagi akan menemuinya di sini, tempat yang mereka janjikan dulu sebelum memutuskan berpisah karena Tobias merasa tidak mampu menjalin hubungan jarak jauh. Dan, keyakinan Tobias terbukti saat dia melihat seorang gadis duduk di salah satu kursi meja nomor 7.
“Aurora?” tanya Tobias dengan raut keheranan.
“Maaf. Anda salah orang. Kenalkan! Saya Iva, Ivanovva. Anda siapa?” Gadis bermata sayu berwajah pucat itu balik bertanya sambil mengulurkan tangan.
“Sa… sa… saya Tobias.” Tobias terbata-bata setengah tak percaya menerima uluran tangan gadis bermantel bulu itu, dingin.
Setelah berbincang hangat dan menyerahkan kartu nama, gadis itu pergi meninggalkan Tobias karena suatu urusan. Tobias sama sekali tidak paham dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Bagaimana mungkin gadis itu tiba-tiba hadir dan pergi begitu saja? Tobias diam terpaku.
Setelah gadis itu pergi dan menghilang di balik pintu masuk, Tobias mengamati kartu nama yang ditinggalkannya. Tercetak dengan jelas deretan huruf di atas kertas putih dengan latar bunga lily ungu, AURORA VALENTINA IVANOVVA.
Deg!
“Jadi… Jadi…,” Tobias terbata-bata lalu setelah sadar berteriak memanggil gadis itu, “Aurooraaa…!”
Tobias meninggalkan kursinya dan setengah berlari menuju pintu masuk melewati beberapa mata pelanggan yang menatapnya heran. Di depan pintu matanya mencari-cari keberadaan Aurora yang tak kunjung ditemukannya. Pak Bernard mengejar Tobias dan berusaha menenangkannya.
“Tenanglah, Tobias!”
“Tapi, Pak. Dia itu Aurora, Pak!”
“Saya tahu. Dia memang Aurora. Anak saya, kekasih sesaatmu yang sudah meninggal setahun yang lalu karena sakit jantung. Maaf tadi saya tidak memberi tahu kamu langsung. Dia memang selalu seperti itu saat ada pelanggan yang baru datang,” kata Pak Bernard berusaha menyembunyikan kesedihannya.
Deg!
Jantung Tobias mendadak seakan berhenti berdetak. Harapannya pudar. Setahun lalu mantan kekasihnya meninggal dunia dan dia tidak pernah tahu tentang hal itu. Dia baru tahu setelah dia memutuskan untuk menghabiskan liburan di sini dan mengulang kembali keindahan yang lalu. Semuanya mendadak gelap.
***
//
Namanya Tobias, sama kaya pasien kakek2 yang kurujuk ke RS karena gagal ginjal :'(
Kan cuma kesamaan nama aja. 🙂
udah meninggal :'(