#13HariNgeblogFF [4] Cuti Sakit Hati

13 DAYS

[4]

“Melupakan tidak berarti meninggalkan sumber ingatan”

Tobias menghabiskan sisa kopinya. Dia tidak ingin membiarkan sakit hati yang dirasakannya akan menghancurkan liburannya kali ini. Dalam hati dia bertekad untuk tidak menyia-nyiakan setiap detik perjalanannya dengan meratapi masalah yang sedang dihadapinya. Dia tidak memikirkkan tentang Aurora. Dia juga tidak ada niatan untuk menyelesaikan permasalahannya dengan Elvira dan Jonas. Menurutnya mereka sudah cukup dewasa untuk menyelesaikan masalah mereka berdua.

Tobias memutuskan untuk meninggalkan restoran dan menuju bukit yang menghijau di sebelah kanan kota Forsand. Jejak kakinya menapak rumput hijau yang terhampar luas di depan penginapannya. Embun pagi sudah tidak ada lagi yang tersisa.  Pun tidak ada lagi salju yang tersisa. Hanya ada matahari yang bersinar dengan cerahnya.

Langkah kakinya menjejak jalan setapak. Matanya tertuju pada permukaan air kanal yang berkilauan ditimpa cahaya matahari. Suara deru mesin perahu terdengar semakin jelas. Beberapa perahu pesiar berukuran kecil tampak melaju datang dan pergi ke arah kota Forsand.  Sesampai di tepi kanal, Tobias melambatkan langkah kakinya saat melewati Aurora Coffee Shop. Matanya terpaku pada papan nama itu. Papan nama yang tiba-tiba saja mengingatkannya pada kekasihnya. Bibirnya melengkung tipis. Setelahnya dia meninggalkan bangunan yang beratap warna merah itu menjauh. Baginya, Aurora adalah kenangan. Tidak mudah memang, tetapi dia harus terus berjalan, sebab baginya hidup adalah melangkah maju.

Telapak kaki Tobias yang hanya memakai sandal jepit melangkah pasti. Sebentar lagi dia akan tiba di bukit yang menghijau. Pelan tapi pasti dia mencapai titik tempat dia dan Aurora pernah berbincang akrab menghabiskan hari. Tobias duduk bersandar pada pokok pohon. Matanya jauh memandang kanal panjang berkelok-kelok di depannya. Kilauan cahaya membawa pikirannya menerawang.

“Tobias… Sepertinya kalau kita membuat gazebo di sini ayik juga ya,” kata Aurora waktu itu.

“Iya. Pasti bisa lebih enak menikmati view yang menakjubkan dari sini,” jawab Tobias meraih pundak Aurora.

Belum selesai dia bermain dengan kenangan bersama Aurora, indera pendengarannya mendengar sesuatu terjatuh di atas bukit. Dengan refleks, Tobias menengok ke arah datangnya sumber suara.

Bruk!

Tobias bangun dan berlari menuju arah atas bukit, tempat suara itu berasal. Tidak sampai lima meter melangkah, dia telah tiba. Tobias menatap tak percaya ke arah suara tadi. Sesosok tubuh lelaki tergeletak tak berdaya. Tobias bisa mengenali lelaki itu dari pakaiannya.

“Jonaasss…!”

Tobias berteriak dan segera berlari ke arah Jonas. Tubuh Jonas telah kaku. Mulutnya berbusa. Tobias menemukan botol racun di terlepas dari tangan kanan Jonas. Beruntung Tobias cepat memanggil tenaga medis, sehingga Jonas dapat dibawa ke klinik terdekat dan mendapat pertolongan.

“Tidak seharusnya kamu lakukan itu, Jonas,” kata Tobias saat menjenguk Jonas yang sudah membaik.

“Aku hanya ingin berhenti dari rasa sakit ini, Tobias,” jawab Jonas pelan.

Suasana kembali menghangat. Jonas sepertinya sudah melupakan insiden memalukan tadi malam karena Tobias sudah memaafkannya. Dia banyak bercerita tentang rasa sakit hati yang dideritanya sejak menjalin cinta dengan Elvira. Tobias mendengarkan cerita dengan sesekali merapikan rambut depan Jonas yang berantakan. Sampai akhirnya, Jonas kembali melanjutkan ceritanya.

“Kamu tahu, Tobias? Aku sebenarnya selama ini tertekan. Aku sudah tidak sanggup lagi bersama Elvira.”

“Memangnya kenapa? Elvira kan anaknya baik dan tidak suka berbuat yang aneh-aneh.”

“Bukan itu, Tobias. Asal kamu tahu, aku tidak bisa mencintai gadis yang juga mencintai orang lain. Apalagi orang lain itu sahabatku sendiri.” Jonas mulai terisak.

Tobias tahu ke mana arah pembicaraan Jonas. Dengan sabar dia meraih tubuh Jonas untuk menguatkannya. Dia tahu sahabatnya yang satu ini sedang rapuh. Setidaknya pelukannya adalah tempat ternyaman baginya saat ini. Mendapat perlakuan seperti itu, Jonas semakin terisak tenggelam dalam pelukan Tobias.

“Kamu tahu kan kalau Elvira sangat mencintaimu sejak dulu. Dia hanya memanfaatkan aku untuk membuatmu cemburu. Tapi, tidak berhasil karena kamu masih nyaman dengan masa lalumu bersama Aurora.”

Tobias mengendurkan pelukannya dan melangkah mundur menjauhi Jonas. Dia sama sekali tidak percaya, di balik kebahagiaan mereka berdua ternyata tersimpan rahasia yang baru sekarang diketahuinya. Demi Jonas, Tobias bertekad untuk mencari Elvira. Dia berharap Elvira dapat memberikan klarifikasi padanya. Setelah mengusap kepala Jonas, Tobias beranjak keluar ruang rawat.

Sesampai di luar, dia tidak melihat Elvira di kursi panjang luar kamar. Dia hanya melihat Sebastian yang sedang berusaha menenangkan Josefine, kekasihnya. Setelah berbasa-basi dengan mereka, Tobias kemudian berangkat mencari Elvira. Dia tahu pasti di mana gadis itu berada.

***

//

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *