Dear,
Tukang Pos Ika
Ini surat cinta pertamaku untukmu. Maaf jika akhirnya melahirkan keterkejutan pada debar dadamu. Oh… Tidak? Tidak pun juga tak mengapa sebenarnya. Toh sejatinya kau tak mengenalku. Pun aku. Aku hanya tahu dirimu dari linimasa yang hiruk-pikuk dalam sepi hari-hariku. Kau tak perlu tahu itu, sebab tak ada gunanya juga, bukan?
Ah! Ika…
Telah lama aku tahu tentang dirimu. Hingga akhirnya ada api keinginan tersulut menjelma kobar keberanian mengajakmu, berdua menjelajah waktu. Inginku mengajakmu meretas setiap jengkal jarak beriringan langkah. Hanya saja, hati kecilku menolak. Aku tahu kau takkan cukup mampu mengiringi langkahku. Selain itu, tubuhku terlalu rapuh untuk menopang lelahmu. Bukannya aku tidak mau atau tak mampu. Aku hanya terlalu sayang jika telapak kakimu luka dan membuatmu tertatih saat mendaki puncak waktu sebelum mencapai titik yang kita tuju.
Tersebab itu, aku ingin mengajakmu mengendarai kereta ternyaman yang tak akan melukai kaki indahmu. Kau pasti sudah tahu kereta apa itu. Maaf. Itu bukan kereta kencana seperti yang kauimpikan. Aku takkan mampu melakukan itu, sebab aku bukan pangeran istana yang kaurindu. Aku hanya orang biasa. Hanya mampu mengajakmu naik Agya. Itu pun kalau kau bersedia.
Bersamamu, kita akan menjelajah gunung harapan, lalu sejenak turun ke lembah ketabahan, dan tak lupa mengurai padang ilalang kesetiaan. Di dalamnya kau akan merasa nyaman. Takkan ada lagi ketakutan pada luka masa lalu dan jerit kesakitan. Hanya ada bahagia dan tawa sepanjang perjalanan. Ah! Iya. Aku lupa. Dengan kereta tanpa kuda itu, kau bisa setiap waktu menghambakan telinga pada suara-suara yang terdengar di seluruh rongga. Ah! Bodohnya diriku. Bukan. Bukan itu maksudku. Maksudku adalah, di dalamnya aku dan kau bisa puas mendengarkan lagu-lagu. Bait-bait melodi merdu yang lahir dari bibir ranummu dalam sebuah kepingan. Aku akan mendengarkan itu sebagai penuntun arahku menujumu.
Jadi, maukah kau menjelajah waktu bersamaku, Ika?
Dariku,
Sang pengeja rindu diam-diam padamu,
@momo_DM
woah, suratnya sungguh merayuuu
semoga terpilih ya surat kamuu 😀 hihiihi
– ikavuje
Ahahak! Aamiin. Terima kasih sudah berkenan membaca, Kak Ika. *menjura* 🙂
keren,.
yang ini lebih sederhana pemilihan katanya, tapi mengandung makna yang mengharuskan saya untuk mencerna ketika membacanya.
Like this 🙂
Terima kasih, Denok. 🙂