#30TintaCintaUntukIbunda [4] ~ Merayakan Kasih Sayang Bersamamu

Mataram, 14 Februari 2013

Untukmu, Tinta Cintaku,

Simbok,

Selamat pagi kuucapkan dari hati yang entah mengapa mendadak terasa hampa. Bukan sebab kesendirian yang mendera, tapi mungkin karena rindu yang enggan terkata. Rindu diam-diam yang sengaja kusimpan untuk diledakkan saat waktunya tiba. Saat aku memeluk tubuh rapuhmu, saat aku mencium telapak tangan dan kedua pipimu yang renta. Waktu itu akan selalu tiba di saat yang seharusnya. Sebab pertemuan telah ada yang mengaturnya.

Simbok,

Hari ini kata orang adalah hari kasih sayang. Tapi, bagiku bukan hanya hari ini, tetapi setiap hari. Seperti kasih sayangmu padaku yang tak pernah mengenal kata memilih waktu. Pun, dengan kasih sayangku padamu yang selalu hadir dalam setiap desah napasku. Desah napas yang bersamanya tertiup doa, agar kau sehat senantiasa. Mungkin bukan doa yang luar biasa, hanya doa sederhana seperti biasa. Tentang seorang anak yang jauh di perantauan yang ingin melihat ibunya bahagia. Tentang seorang lelaki yang ingin setegar dirimu. Itu saja.

Simbok,

Hari Kamis. Hari seharusnya aku memakai seragam merah putih, dulu waktu masih duduk di Sekolah Dasar. Tapi, perkecualian di hari itu. Aku menjadi seseorang yang berbeda di antara kerumunan massa, teman-teman sekolahku. Kau masih ingat, Mbok? Waktu itu aku tidak memakai seragam merah putih, tetapi menggantinya dengan coklat putih. Kenapa? Karena benang-benang merah celana pendekku sudah sedemikian aus. Aku malu untuk memakainya. Lalu, aku bisa apa? Aku hanya bisa diam, tidak menuntut untuk dibelikan yang baru. Sebab aku kecil sudah tahu, kau belum bisa membelikan untukku. Pagi itu rautmu tampak sedih, melihatku berbeda. Kau hanya berkata, “Ora popo nganggo kathok sing coklat. Iki tak dondomane sik.”

Tak ada nada protes dariku saat kasih sayangmu menancap bersama jarum dalam celana pendekku. Aku hanya melihat sekilas saat bibir merahmu karena ‘kinang’ mengulum benang untuk memudahkannya masuk ke lubang jarum. Setelahnya aku tak tahu dengan apa yang kau perbuat pada celanaku, yang kuingat waktu itu aku langsung berangkat.

Simbok,

Untuk kasih sayangmu yang seluas samudera, aku persembahkan kado terindah berupa tinta cinta. Tidak usah membacanya. Sebab, tanpa membaca pun kau selalu tahu isi hatiku. Iya kan, Mbok?

Oya, Mbok. Semoga kasih sayangmu untukku tak pernah lekang dimakan usia. Semoga juga aku bisa memberikan kasih sayang padamu, seperti yang pernah kauberikan padaku. Meskipun mustahil, tapi setidaknya aku selalu berusaha menjaga rasa yang ada.

Peluk jauh dariku,
Anak bungsumu yang belum bisa membahagiakanmu,

@momo_DM

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *