#5BukudalamHidupku – Deretan Angka Penyembuh Luka

Tentang Buku

Buku dengan sampul berwarna krem dan hijau ini memiliki ukuran yang hampir sama, 15 x 21 cm dengan ketebalan 16 halaman. Ketiga buku ini diterbitkan melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Setiap individu yang pernah mengecap bangku sekolah, saya yakin pasti memilikinya. Tentu saja dengan warna sampul dan isi yang berbeda. Meskipun isinya berbeda, tetapi ada keabadian kenangan yang sama, tentang masa-masa sekolah.

Nilai Lebih Buku

Selain buku harian, buku Laporan Penilaian Hasil Belajar atau rapor, merupakan buku dengan nilai historis yang tinggi. Ada keberhasilan dan kegagalan menyertainya sebagai bagian dari perjalanan hidup kita. Mungkin kadang kita lupa, di dalam buku ini ada tanda tangan dan nama wali kelas sebagai pengganti orang tua kita di sekolah. Dari beberapa nama di sana, tentu ada ‘sesuatu’ yang bisa kita teladani. Betapa wali kelas telah berusaha mendidik kita, sehingga kita bisa terus berprestasi. Bukan itu saja, catatan-catatan kecil dari wali kelas adalah harta yang berharga. Terlebih himbauan untuk meningkatkan prestasi. Kalimat itu seolah menjadi pemacu bagi kita untuk terus belajar — seharusnya. Tapi, kadang saat masa-masa sekolah, kita sering terlena dan membiarkan kalimat itu tetap menjadi kalimat tanpa makna.

Di dalam buku ini juga, saya mengetahui, bahwa nilai tidak hanya berupa angka-angka saja. Lebih dari itu. Di dalamnya terdapat nilai diri dilihat dari segi kepribadian, kerajinan, dan ketertiban. Porsinya memang tak lebih dari sekadar pelengkap, tetapi sebenarnya kalau dihayati lebih dalam, betapa nilai-nilai ini sangat berperan penting dalam membangun diri saya. Setidaknya, nilai-nilai ini menunjukkan bagaimana diri saya waktu itu.

Sekilas begitu sederhana. Padahal di dalamnya terkandung juga pelajaran hidup yang luar biasa.

Bagaimana Buku ini Mengubah Hidup Saya

Buku sederhana ini mencatat prestasi-prestasi saya selama berstatus sebagai anak sekolah. Pentingnya di mana? Bukankah itu hanya sederet angka yang (mungkin) dihasilkan dari ‘manipulasi’ wali kelas demi prestise sekolah? Oh… Tentu tidak seperti itu saja. Proses ‘manipulasi’ nilai rapor oleh wali kelas, bukan tidak beralasan. Itu adalah bentuk penghargaan terhadap hasil belajar peserta didiknya, dalam hal ini kita. Sebelum memutuskan untuk me’manipulasi’, ada pertimbangan-pertimbangan yang tak bisa diabaikan begitu saja. Sikap, tingkah laku, karakter, dan absensi peserta didik selama proses pembelajaran.

Lho kenapa saya bisa tahu? Jelas. Pada akhirnya, saya juga merasakan hal yang sama dengan wali kelas saya, menilai setiap peserta didik tidak saja dari segi angka saja. Sebab nilai dalam laporan hasil belajar ini sangat penting pengaruhnya terhadap kelanjutan pendidikan para peserta didik. Termasuk saya salah satunya.

Salah satu dari buku ini (buku rapor SMA) sangat berperan dalam mengubah hidup saya. Bagaimana tidak. Nilai-nilai berupa angka dan sikap-sikap yang tertulis di dalamnya adalah kunci bagi saya untuk bisa masuk kuliah lewat jalur khusus tanpa tes. Semua berkat konsistensi prestasi yang saya torehkan di bangku SMA dari kelas satu sampai kelas tiga. Mungkin jika saya tidak bisa diterima lewat jalur tanpa tes, belum tentu saya bisa mengenal almamater saya, Universitas Diponegoro Semarang.

Dan, dari kuliah itulah, awal kehidupan saya mulai terbentuk. Pengalaman menjadi anak kos mengajarkan saya tentang arti berhemat dan mandiri. Jauh dari orang tua mengajarkan saya untuk tetap bertahan dalam segala situasi dan tidak manja. Tempaan-tempaan hidup yang bermula dari sebuah buku bernama Laporan Penilaian Hasil Belajar Siswa, rapor.

Catatan Kecil

Membuka kembali buku rapor ini seperti meletakkan kembali kenangan pada deretan angka penyembuh luka masa-masa sekolah. Simpan dan jaga sebaik-baiknya agar sebagian kenangan jalan panjang kehidupan tidak hilang bersamanya.

~ mo ~

Diikutsertakan dalam Proyek Menulis #5BukudalamHidupku oleh @irwanbajang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *