Tentang Buku
Buku bersampul motif batik warna coklat ini adalah karangan saya. Dalam buku ini berisi 44 flash fiction (cerita kilat) 123 kata dan 20 puisi pendek tentang ibu dan perempuan. Buku setebal 156 halaman kertas novel ini berukuran 12,5 x 19 cm. Buku berjudul ‘CERMIN’ ini diterbitkan pada bulan Desember tahun 2011 lewat jalur self-publishing nulisbuku.com. Di dalam buku ini juga, saya menyertakan beberapa kutipan tentang ibu dari beberapa teman di Twitter.
Nilai Lebih Buku
Bagi saya pribadi, menerbitkan bisa buku adalah impian. Mungkin bukan saya saja. Hampir semua pencinta kata memiliki cita-cita dan impian yang sama. Terlebih pada tahun 2011 adalah awal saya mulai menekuni dunia literasi. Dunia yang sebelumnya tidak pernah ada keinginan bagi saya untuk menekuninya.
Menulis. Iya. Menulis. Sejak masih sekolah saya memang suka menulis. Tapi, hanya sebatas menulis di buku catatan. Dan, itu pun atas dasar karena kewajiban, bisa jadi bukan keinginan. Tetapi, berkenalan dengan Twitter dan orang-orang hebat yang memiliki passion sama, menulis, perlahan-lahan telah menyeret saya ke sebuah dunia baru. Dunia yang awalnya saya tidak pernah membayangkan akan ‘terjerumus’ di dalamnya.
Sebuah dunia maha luas yang akhirnya mengajari saya, bahwa menulis adalah salah satu cara menemukan dan memahami arti hidup itu sendiri. Dan, karena itulah, buku ini bisa dilahirkan.
Bagaimana Buku ini Mengubah Hidup Saya?
Sederhana saja, hampir sesederhana tampilan buku ini, buku ini menjadi awal bagi perubahan dalam diri saya. Bukankah pada akhirnya seseorang itu akan berubah? Entah ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Beruntung saya memilih yang pertama. Bermula dari buku ini, saya mulai dikenal dan mengenal teman-teman penulis. Saya masih bukan siapa-siapa memang. Tapi, saya tidak perlu membuktikan apa-apa pada siapa-siapa tentang diri saya, bukan? Sebab membuktikan bukanlah tugas saya, itu adalah tugas bagi karya-karya saya.
Karya saya memang belum seberapa. Masih tampak mungil di tengah-tengah raksasa perindustrian dunia literasi yang begitu megah dan menjulang. Tetapi bukankah sesuatu yang menjulang awalnya dari dasar? Saya sangat meyakini hal itu. Karenanya, saya berusaha menyiapkan dasar yang kuat agar kelak pada waktunya sebelum menjulang saya tidak roboh terlebih dulu. Untuk berjaga-jaga, saya berusaha belajar dari hal-hal kecil di sekitar. Tak terkecuali belajar dari buku pertama yang saya terbitkan. Dari buku ini sedikit demi sedikit saya bisa mempelajari tentang pasar, target pembaca dan strategi penjualan. Bukan bermaksud mengikuti selera pasar. Sama sekali bukan. Bagaimanapun juga, saya memiliki idealisme dan prinsip sendiri dalam kepenulisan.
Mengikuti selera pasar itu memang tidak ada salahnya, tetapi bukan berarti harus mengorbankan idealisme diri sendiri. Jika ada jalan keduanya bisa disatukan, kenapa tidak dicoba? Itu salah satu pengaruh terbesar dari buku pertama saya ini.
Meskipun dua tahun berlalu tanpa menerbitkan buku baru, saya tidak memaksakan diri, karena pada dasarnya saya bukanlah tipe orang yang terburu-buru. Jeda waktu yang cukup lama dari buku pertama, mengubah perspektif saya tentang menerbitkan buku. Saya tidak akan memaksakan diri menerbitkan buku, jika justru menjadi pemicu bagi saya untuk melahirkan karya yang terabaikan dari segi mutu. Saya ingin menghasilkan karya yang setidaknya bisa mengakomodir ide-ide di kepala melalui belajar secara terus-menerus dengan praktik menulis langsung.
Bagi beberapa orang, kualitas tulisan seseorang jauh lebih penting daripada sekadar kuantitas. Hal ini tidak berlaku bagi saya. Bagi saya, kuantitas tulisan seseorang akan memengaruhi kualitas jika diikuti dengan usaha meningkatkannya.
Catatan Kecil
Jeda waktu yang cukup lama dari menerbitkan buku pertama, bisa diisi dengan belajar untuk meningkatkan kualitas tulisan pada buku berikutnya. Caranya sederhana saja, dengan terus mengasah kemampuan menulis. Dengan sendirinya karya berikutnya akan dikenal kemudian (mungkin) tetap dikenang.
~ mo ~
Diikutsertakan dalam Proyek Menulis #5BukudalamHidupku oleh @irwanbajang