7 Jurus Menulis Flash Fiction

Menulis flash fiction atau yang dikenal juga dengan cerita mini (cermin), memiliki keasyikan tersendiri. Kenapa? Tantangan jumlah kata tertentu atau maksimal adalah jawabannya.

Tidak ada ide, kesulitan mengeksekusi ide, logika cerita, pemangkasan, dan juga pemilihan kata adalah permasalahan yang sering dihadapi oleh flash fictioner/cerminis. Sedangkan bagi ‘pemula’ kesulitannya lebih pada memulainya.

Berikut jurus untuk memudahkan dalam menulis flash fiction/cerita mini:
1. Tentukan ide cerita terlebih dahulu. Catat dalam kepala saja, lalu mulailah mengembangkannya;

Misalnya:

Tentang perpisahan dua orang yang seolah-olah sepasang kekasih, tetapi sebenarnya saudara kandung.

2. Kembangkan ide awal menjadi premis singkat (satu kalimat yang mewakili isi cerita secara keseluruhan);

Misalnya:

Mengisahkan tentang dua orang cowok-cewek saudara kandung yang harus berpisah dan mengikuti orang tua pilihannya masing-masing.

3. Tulislah ending cerita yang diinginkan. Tidak perlu panjang-panjang. Singkat saja. Kok ending-nya duluan? Iya. Ini semata-mata untuk memudahkan kita dalam menentukan ‘tujuan’ flash fiction/cermin kita dengan memuntir awal yang akan kita buat;

Misalnya:

“Iya. Pasti aku akan menjaga ibu. Selamat jalan adikku. Selamat tinggal ayah,” kataku lirih sambil menyeka hujan yang tiba-tiba menderas di kelopak mataku. Aku pun bergegas menuju kedai kopi untuk mengabarkan hal ini pada ibu.

4. Awali flash fiction/cermin langsung dengan konflik yang dialami tokoh. Tidak perlu bertele-tele. Ingat! Flash fiction/cermin dibatasi jumlah katanya;

Misalnya:

Gubrak!

Aku tersentak mendengar suara itu. Kualihkan pandangan dari feri berbagai ukuran yang lalu lalang di hadapanku. Setengah berdiri, aku menatap ke arah sumber suara. Dari tepi kanal itu, aku melihat jelas sebuah kecelakaan. Seorang gadis yang sedang naik sepeda jatuh tersungkur. Beberapa detik kemudian, aku tersadar dan berlari menapaki padang rumput menuju lokasi kecelakaan.

5. Lanjutkan tulisan awal, sebisa mungkin usahakan dengan menggiring pembaca ke arah yang bertolak belakang dengan ending;

Misalnya:

“Bersiap-siap? Maksud kamu?” tanyaku penasaran.

“Ah! Sudahlah. Apa pun yang aku persiapkan tidak akan mengubah hubungan antara aku dan kamu,” jawabnya datar.

Aku sama sekali tak mengerti arah jawabannya. Aku dan Aurora terdiam. Suara feri yang lalu lalang masih terdengar jelas di telingaku, menyamarkan degup jantungku yang tak beraturan. Memang pada musim semi ini, kunjungan wisatawan meningkat. Banyak wisatawan yang ingin menghabiskan liburan dengan menikmati perbukitan hijau yang berderet mengitari wilayah Forsand.

6. Teruslah menulis hingga ‘nyambung’ dengan endingnya. Tetaplah berpegang pada prinsip ‘show don’t tell‘;

Misalnya:

“Maksud kamu? Kamu akan pergi? Begitu?”

“Iya. Maafkan aku. Ini!” kata Aurora menyerahkan selembar kertas terlipat rapi. Aurora pun berlalu menuntun sepedanya meninggalkanku dalam ketidakpastian sebuah rasa.

“Aurora! Jangan pergi!” aku berteriak.

7. Setelah selesai semua, edit sesuai jumlah kata yang dipersyaratkan/diinginkan dengan memadatkan isi cerita. Bisa dilakukan dengan membaca ulang dari awal kemudian memangkas kata/kalimat mubazir dan menggantinya dengan kata/kalimat yang lebih efektif.

Nah! Kurang lebih seperti itu. Mudah bukan? Jika ada langkah-langkah/jurus lain, silakan tambah di kolom komentar. Yuk! 🙂

Selamat berpesta dengan kata-kata!

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *