Tak ada pilihan lain saat rintik hujan yang awet seperti rindu. Wisata kuliner saat malam Minggu adalah menu wajib. Seperti biasa, di bawah tenda biru pedagang kaki lima sepanjang jalan di Cakranegara, aku memilih menu kesukaanmu, ayam Taliwang.
Duduk di kursi plastik biru di salah satu sudutnya. Dua porsi ayam Taliwang tersaji lengkap dengan bumbunya yang menggugah selera. Tak lupa sepiring kecil “beberoq” melengkapinya. Ah! Seleramu memang tidak beda jauh denganku, sama-sama suka pedas. Mungkin karena itu, hati kita cocok.
“Ini sayap, pantat, kaki dan kepala untukmu, Mas,” katamu, selalu seperti itu.
Aku hanya tersenyum, seperti biasanya. Ritual tukar-menukar organ ayam pun selesai setelah aku menyerahkan bagian dada padamu. Sesederhana itu kita saling berbagi. Dan, itu adalah salah satu kebahagiaanku bisa memilikimu, selalu mengerti apa kesukaanku.
“Masih belum bisa makan ‘beberoq’ ya, Mas? Sini aku ajarin,” katamu sambil menyuapkan potongan terong kecil yang dicampur dengan potongan bawang merah dan sambel tomat.
“Emang enak ya?” tanyaku agak ragu membuka mulut.
“Wuih! Enak banget dong! Coba deh!” katamu sedikit memaksa.
Aku pun membuka mulut dan mulai menggigit potongan terong itu. Ada semacam penolakan dari perut, tetapi tiba-tiba aku ingin muntah. Aku memaksakan diri menelannya.
“Cukup, Arini,” kataku pelan.
“Padahal enak lho, Mas. Ya udah kalau nggak mau, aku habisin ya,” katamu sambil cekikikan.
Malam pun merambat pelan, hidangan lezat itu pun ludes dalam sesaat.
“Mas, ini pesanannya sudah siap. Selamat menikmati.”
“Eh…eh…iya, Pak. Terima kasih,” kataku tergagap.
Aku tersadar dari lamunanku, tanpa kamu di hadapanku. Ini malam Minggu kedua tanpamu. Sendirian? Iya. Kesepian? Pasti. Entah apa yang harus kulakukan malam ini.
Aku menatap makanan pesanan yang sudah terhidang di depanku. Satu porsi ayam Taliwang dan dua piring kecil ‘beberoq’.
“Minta piring kosong satu ya, Pak!”
Aku segera makan dengan lahap. Setelah itu aku melanjutkan menyantap bagian dada ayam yang sudah aku pisahkan sebelumnya di piring tambahan yang kini tak lagi kosong. Tak lupa aku juga menghabiskan sepiring kecil ‘beberoq’ yang tersisa. Seperti itu caraku merayakan rinduku padamu; mantan kekasihku.
Mataram, 4 Februari 2012
saya kira Beberoq itu… bebelac rock (^ ^
#eeaaa
So sweet 🙂
So sweet dia biang?! -____-
Sedih ini mah. 🙂
sebenarnya beberoq itu makanan apa sih, om?
Makanan khas Lombok yang terdiri dari potongan kecil terong bulet itu ditambah sambel tomat mentah. 🙂
Aduh jadi ngilerrrrrr
Jiah!
Dilarang ngiler di blog!
Mihihi.
Duuh enaknya…
jadi meulet..^__^..
Hahaha
Melet beberoq-nya atau melet sedihnya. 🙂
Feel so sad,,,aku pernah ngalaminnya,, 🙂
Seru ya. Ternyata kuliner lombok pun bisa jadi inspirasi untuk menulis. 🙂