“Aww!”
Aku berusaha menenangkan kekasihku. Ini adalah keinginannya sendiri untuk membantuku. Dia tahu, aku sudah mati langkah. Tak tahu harus bagaimana lagi meningkatkan pendapatanku. Semua telah berubah seiring hadirnya wajah-wajah baru yang masih segar.
“Kamu enggak papa, Sayang?”
“Enggak papa,” jawabnya sambil berusaha tersenyum.
Ruangan penuh ornamen seni itu kembali sepi saat jarum mulai beraksi. Di sudut ruangan, aku terdiam, penuh penyesalan.
Aku sudah melarangnya, tapi dia bersikeras. Dia tahu, apa yang dilakukannya saat ini adalah salah satu strategi paling efektif.
“Ini untuk memenuhi permintaan pasar. Banyak, kok, di antara mereka yang kukenal itu sebenarnya hanya berpura-pura. Banyak juga yang ternyata ingin bereksperimen. Kesempatan baguslah ini.”
Aku memahami maksud kata-katanya waktu itu. Selain itu, dia hanya ingin membuktikan, bahwa dia sangat mencintaiku. Tidak ada jalan lain, katanya. Aku pun akhirnya tidak menolak niat baiknya, demi kelangsungan hidup kami berdua. Kehidupan dalam dunia yang sama.
“Selesai!”
Teriakan seseorang yang baru saja meletakkan jarum di atas baskom berisi air pembersih mengagetkanku. Tatapanku tertuju pada tubuh kekasihku yang tergeletak di tempat tidur. Merasa iba, aku menghampirinya.
“Gimana hasilnya, Sayang?”
“Bagus, kok. Ini pasti akan berhasil,” jawabnya tersenyum optimis.
Mataku tertuju pada pahanya yang putih, tapi tak lagi mulus. Di bagian dalam sekarang terdapat sederet tulisan kecil. Perlahan kueja tato bertinta hitam bertuliskan nomor ponselku itu, “for gay only, call 08123456789”.
***
Berdasarkan #topikfiksimini hari Rabu, 12 Juni 2013: PROMOSI.
wueh, nomor nya lengkap gitu mas.
ntar ada yg iseng nyoba, lho. hihi
Hahaha.
Entar deh ditambahin satu digit lagi. 😀