~ Memotret bagian yang kadang luput dari perhatian ~
Apa yang pertama kali terlintas dalam benak kita melihat pemandangan pada suatu pagi tersebut? Indah! Benar. Diakui atau tidak keindahan tersebut terpancar jelas dari langit biru yang bersih dan juga penampakan hamparan sawah.
Lalu ada cerita apa di baliknya?
Begini. Ini tentang sawah. Ada apa dengan sawah memangnya? Tidak ada apa-apa selain padi dan jerami sisa panen petani. Terus kenapa? Tidak kenapa-kenapa sebenarnya. Hanya saja jika kita menyadari pada waktunya pemandangan tersebut akan sangat berarti.
Sebentar lagi, hijau terhampar akan berubah menjadi bangunan. Tumpukan jerami pun akan menjelma material bangunan. Demikian seterusnya. Ini hanya sepetak saja yang tersisa. Di kanan dan kirinya telah berjejer bangunan-bangunan, yang konon katanya merupakan indikator kemajuan.
Kita bisa pahami bahwa area produktif persawahan yang tersisa hanya bisa menunggu. Siapa yang ditunggu? Tentu pemilik yang buta akan materi yang sebenarnya tak seberapa. Juga calo-calo yang takkan pernah berhenti ‘menghasut’ pemiliknya. Atau bisa juga pemerintah yang membayar dengan harga ‘semena-mena’. Tanpa pernah menyadari bahwa pertanian masih menjadi mata pencaharian utama.
Ini hanya perkara waktu saja. Bisa saja kelak sawah ini menjadi sejarah. Atau bahkan bisa saja besok pagi kita terbangun dengan kondisi sawah yang telah berubah.
Dalam kondisi seperti ini, sawah bisa apa? Tidak bisa apa-apa. Hanya bisa meratap hingga benar-benar akhirnya lenyap.
Sampai kapan mereka bertahan?
Tidak ada yang bisa menjawabnya selama keserakahan masih ada.
– mo –