Dear Aretha,
Apa kabar?
Baik-baik saja, kan?
Maafkan, baru kali ini aku memberanikan diri untuk menanyakan kabarmu. Kamu tahu itu artinya apa? Itu artinya aku mengkhawatirkan keadaanmu saat ini. Bukan berarti kemarin tidak. Bedanya kemarin aku merasa kamu baik-baik saja. Sementara hari ini, aku merasakan ada sesuatu yang tengah berlaku pada dirimu. Tapi yakinlah itu bukan sesuatu yang harus kamu khawatirkan. Itu hanya perasaanku saja. Pasti.
Aretha,
Kau pasti tahu, aku tersenyum saat membaca akhir suratmu. Jujur awalnya aku tak tahu apa yang kauceritakan. Tapi akhirnya aku salut, karena kamu telah berhasil memenangkan tantangan. Berat? Aku rasa tidak, karena aku tahu kamu membuatnya untukku dari hati. Iya, kan? Sesuatu kalau diperjuangkan dengan hati pasti tak ada yang berat.
Aretha,
Oya, kamu tahu? Tadi malam aku berhasil menyelesaikan target tepat waktu. Pasti kamu bertany-tanya apa itu? Baiklah aku cerita sedikit, ya? Kamu mau membacanya, kan? Seperti ini… Aku memang secara usia sudah tidak muda lagi, tapi di lingkungan kerja akulah yang dianggap paling muda. Tak perlu kuceritakan kenapa seperti itu, karena aku tahu kamu pasti tahu alasannya. Sebagai seseorang yang dianggap paling muda, terlebih di keluarga, sudah pasti akan selalu diandalkan dalam urusan pekerjaan. Bahkan, di dalam lingkungan keluarga pun kadang seperti itu.
Ini yang kualami saat ini, Aretha. Hendak menolak, tapi jelas aku tak kuasa. Hendak pasrah, pasti lama-kelamaan aku akan teraniaya. Kamu bisa merasakan apa yang kurasakan saat ini, kan? Nah! Ceritaku hari ini berlanjut saat aku dipercaya untuk menulis ijazah. Kamu tahu, kan, kesalahan sedikit saja tidak dibenarkan. Jadi, itu mengajariku untuk hati-hati. Tadi malam harus aku selesaikan beberapa yang belum aku tulis. Dan, akhirnya berhasil, sehingga hari ini sudah bisa dibagikan. Aku bersyukur karena akhirnya bisa kembali menemui senyummu di lembaran suratmu.
Tapi… tunggu dulu. Kisah itu belum usai, saat aku menerima kenyataan, bahwa aku harus menyelesaikan tugas lainnya. Kadang aku bertanya, “Kenapa harus aku?”. Tapi, akhirnya aku sadar bahwa ini adalah kepercayaan, dan aku harus bisa menjalankan sebaik-baiknya.
Aretha,
Akhirnya, aku lega bisa menceritakan hal ini padamu. Aku hanya berharap kamu bisa bercerita tentang sesuatu yang sekiranya berpotensi memberatkan hatimu.
Tetap tersenyum!
Arion