Dear Aretha,
Selepas membaca suratmu kemarin, aku sepertinya langsung kehilangan kata-kata. Tak tahu entah apa lagi yang akan kutuliskan. Tapi, tenang saja. Masing-masing kita punya cerita yang takkan pernah habis untuk diceritakan. Aku dengan ceritaku dan kamu dengan ceritamu. Saling berbagi. Itu yang kuharapkan bisa kita lakukan. Dan, itu sudah kita lakukan sejak kemarin.
Aretha,
Kamu tahu aku tersenyum saat membaca suratmu kemarin? Iya… aku tersenyum bahagia membaca kabar bahagiamu. Membacanya membuatku larut dalam kebahagiaanmu. Dan, salah satunya adalah tentangku. Tentang semangatku menyelesaikan sesuatu yang sudah kuawali. Sungguh itu adalah kekuatan sendiri bagiku. Terima kasih, ya.
Aretha,
Lewat surat ini aku ingin menceritakan beberapa hal, yang menurutku kamu harus tahu.
- Tadi malam aku sudah menyelesaikan Kartu Lebaran yang aku desain sendiri. Tidak bagus memang, tapi setidaknya aku sudah berusaha untuk membudayakan kembali pengiriman kartu lebaran. Selanjutnya tinggal cetak lalu mengirimkannya ke teman-teman lain yang berkenan. Bahagia, akhirnya bisa menjadi bagian dalam pembudayaan pengiriman kartu lebaran, yang kalau boleh dibilang sudah hampir punah. Orang sudah cenderung memilih cara-cara praktis. Padahal kamu pasti tahu Aretha, ada kebahagiaan saat kita menerima kartu lebaran. Iya, kan?
- Selain itu, kamu tahu tahu Aretha? Hari ini aku dapat bingkisan lebaran dari sekolah. Tidak seberapa memang, tapi setidaknya ada perhatian dari sekolah. Isinya macam-macam. Ada biskuit kaleng, sirup, gula, dan sarung. Ah! Dan, kamu tahu apa warna sarungnya? Merah tua. Aku sangat senang, karena sesuai dengan kesukaanku, saat ini. Dulu, memang aku suka warna monokromatik, hitam dan putih. Tapi akhir-akhir ini aku lagi pengin sesuatu yang berbeda. Aku sendiri juga tidak tahu entah apa sebabnya. Hanya ingin saja.
Aretha,
Pasti kamu saat ini tengah bahagia menunggu detik-detik kamu kembali ke pelukan keluarga yang kamu cintai dan rindukan. Aku bisa merasakan itu. Setelah sekian lama berpisah akhirnya pertemuan juga yang akan membunuh segala kesedihan. Ah! Betapa aku iri. Sebab tahun ini aku memutuskan untuk tidak mudik. Karena baru dua minggu yang lalu aku berada dalam pelukan hangat Ibuku, meskipun sementara waktu. Tapi, tetap saja ingatan tentang riuhnya lebaran bersama keluarga tetap saja menyesakkan. Tapi… Ya sudahlah, aku yakin aku kuat merayakan lebaran di tanah rantau, Lombok. Sebab aku tak sendiri di sini. Keluarga besar kakakku juga merayakan lebaran di Lombok. Tapi… Tapi… Ini akan jadi pengalaman pertamaku. Lebaran tidak di samping Ibuku.
Aretha,
Selamat menatap langit senja. Doakan saja mendung di cakrawalaku tak menjelma hujan air mata.
Salam hangat,
ARION
*Balasan surat dari @I_am_BOA di sini