Ruangan kecil itu berderak. Suara kaca jendela bergetar sejenak. Seorang lelaki paruh baya sedang menyelesaikan pekerjaannya. Dia bergeming tak memedulikan kejadian yang mungkin akan menimpanya. Tinggal sedikit lagi, dia akan selesai.
“Tanggung,” pikirnya.
Dengan cekatan dan hati-hati dia mengerjakan setiap detail. Dia tidak ingin gagal. Ini adalah pesanan istimewa untuk dirinya sendiri. Setelah sekian lama, dia hanya memenuhi orderan, kini saatnya memanjakan diri.
Gempa kecil barusan tidak menyurutkan niatnya. Dia berpikir dengan karya barunya akan menemukan hidup yang lebih baik. Sebab ingatan tentang masa lalu akan kembali hidup dan mengisi hari-hari sepinya.
“Selesai!”
Dia berteriak lantang menatap hasil karyanya. Bersamaan dengan itu, ruangan kerjanya bergetar semakin keras. Gempa susulan kembali datang dengan kekuatan lebih besar. Sadar akan bahaya, dia meletakkan perkakas kerjanya berupa alat-alat tajam ke dalam sebuah kotak kayu.
“Gempaaa!”
Teriakannya membuat ruang kerjanya mendadak riuh. Sejenak kemudian tiba-tiba sepi. Dia segera berlari keluar rumah untuk menyelamatkan diri.
Dia ternyata tidak sendiri, di halaman rumah, dia melihat patung-patung kayu berlarian tak tentu arah, menyelamatkan diri, termasuk patung duplikasi mantan istrinya yang baru saja selesai dipahatnya.
~ mo ~
***
Berdasarkan #topikfiksimini hari Jumat tanggal 14 Juni 2013: GEMPA.