⌣·̵̭̌✽̤̥̈̊·̵̭̌⌣
Seharian ini cuaca kota Mataram gerah.
“Sial! Kenapa juga AC-nya harus rusak!”
Siksaan itu berhenti saat akhirnya hujan turun. Aku rindu kopi di rumah. Saat hujan adalah saatnya menikmati kopi buatan Ibu. Membayangkan itu, aku tersenyum.
Tak lama, mobil sedanku pun menderu. Aku sudah tidak sabar. Kira-kira lima belas menit, aku sampai di jalan rusak dan berlubang. Kulintasi genangan, cipratannya mengenai seseorang yang berteduh di kios kecil. Aku tak mempedulikannya dan terus melaju.
Aku tiba di rumah, tak ada siapapun. Sepi. Pupuslah harapanku. Sesaat kemudian, hujan pun sedikit reda. Kudengar suara salam.
“Ibu darimana?”
“Membeli kopi.”
“Kenapa baju dan badan Ibu kotor? Ibu jatuh?”
“Tidak apa-apa. Namanya juga kehujanan.”
Deg! Aku terdiam. Ibu pun melangkah ke dapur membuat kopi; untukku.
“Maafkan aku, Ibu.”
⌣»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈♡̬̩̃̊ @momo_DM ♡̬̩̃̊✽̤̈·̵̭̌·̵̭̌«̶⌣
manis._.
Terima kasih. 🙂
nice, mas 🙂
Terima kasih, 🙂
Keren, kenapa gak buat novel aja bang.
Terima kasih, Kak Rin. Hahaha. Suatu saat pasti. 🙂