Program imunisasi campak dan rubela (Measles & Rubela/MR) fase II di 28 provinsi di Indonesia menargetkan 31.963.000 anak usia 9 bulan sampai 15 tahun. Demikian terungkap dalam Seminar dan Pelatihan Advokasi untuk Kampanye Imunisasi MR Fase II dan Surveilans PD3I yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan dukungan sepenuhnya dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan World Health Organization (WHO), kemarin (30/7). Bertempat di Senggigi Ballroom Hotel Aston Inn Mataram, kegiatan selama satu hari ini berlangsung dengan sukses. Sebanyak enam puluh orang tenaga kesehatan lintas sektor tampak terlibat sebagai peserta aktif, di antaranya anggota IDAI NTB, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) NTB, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) NTB, dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) NTB. Keaktifan peserta terlihat dari saat kegiatan dibuka sampai paparan materi oleh nara number hingga penghujung acara.
Kegiatan yang berlangsung dalam bentuk paparan materi serta workshop ini banyak membahas strategi imunisasi MR yang akan dijalankan dalam fase II dari bulan Agustus sampai September tahun ini. Hal ini penting karena mengingat masih adanya hambatan yang ditemui saat pelaksanaan fase I. Kendala tersebut mencakup dua hal tersebut adalah adanya black campaign antiimunisasi serta berita hoax yang beredar terkait pelaksanaan imunisasi. Kedua hal besar yang disampaikan oleh Hakimi, SKM, M .Sc. tersebut menjadi sorotan selama kegiatan berlangsung.
“Penolakan imunisasi bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak tahu.”
Demikian ditambahkan oleh Hakimi salah seorang nara sumber dari Kemenkes RI dalam paparan singkatnya. Lebih lanjut Hakimi menyatakan bahwa tugas semua komponen untuk membuat masyarakat menjadi tahu.
Tugas besar inilah yang menjadi dasar penyusunan Komitmen Dukungan Kampanye Imunisasi MR Fase II dan Surveilans PD3I. Sebuah komitmen bersama yang ditandatangani oleh WHO, Kemenkes RI, Komite Nasional KIPI, IDI, IDAI, IBI, dan PPNI ini menjadi kunci suksesnya program Imunisasi MR Fase II di Indonesia.
Kesuksesan ini tentu membutuhkan strategi yang tepat. Guna memperoleh rumusan untuk diterapkan di lapangan, peserta dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan profesi, yaitu kelompok IDAI, IDI serta IBI dan PPNI. Ketiga kelompok berdiskusi dalam sebuah workshop yang dilaksanakan setelah penandatanganan komitmen bersama.
Komitmen bersama tentu tidak akan berhasil dijalankan jika tidak ada strategi jitu melaksanakannya. Kemenkes RI sendiri memutuskan untuk menggandeng narablog untuk menggaungkan kampanye ini. Selain itu, terobosan pun dilakukan dengan peluncuran aplikasi android yang dapat diunduh di playstore, PrimaKu. Sebuah aplikasi yang diharapkan bisa menjawab keraguan masyarakat tentang pentingnya imunisasi dalam mencegah kecacatan dan kematian.
Mendukung hal-hal baik adalah bentuk kebaikan
~ mo ~