Dear Ayah,
Ayah baik-baik saja kan? Maafkan aku yang sudah lama tidak mengirim kabar untukmu. Bukannya aku tidak sayang ayah, tapi semata-mata karena aku memang belum ada waktu untuk menjengukmu. Maafkan aku, Ayah. Aku janji, aku pasti akan menjengukmu segera mungkin. Saat ini, aku hanya bisa menjengukmu lewat doa. Iya. Hanya lewat doa. Ayah tidak keberatan kan?
Ayah,
Entah mengapa, tiba-tiba aku ingin menulis surat untukmu. Asal ayah tahu, ini bukan surat, tapi rindu yang tak sempat terkatakan pada sosok yang mengagumkan; engkau. Bahkan selaksa doa rasanya takkan cukup untuk mengobati rasa rindu ini. Rindu tawamu, yang selalu membuatku tegar saat aku terpuruk. Rindu punggungmu, saat aku merengek karena kelelahan berjalan kaki. Dulu. Iya…dulu.
Ayah,
Aku tahu ayah bangga dengan keberhasilanku. Aku tahu itu berkatmu. Doamu yang tak pernah putus, keperkasaanmu mencari biaya agar aku bisa kuliah. Ah! Ayah! Aku rindu masa-masa itu. Masa-masa saat ayah berkata, “Kamu hebat, Mo!” Singkat, tapi aku tahu begitulah cara menunjukkan cintamu padaku, anak bungsumu. Ayah selalu tersenyum paling lebar, tertawa paling keras saat aku berhasil. Menjadi juara kelas saat SD sampai SMA dan berhasil kuliah tanpa tes. Hanya lewat surat ini, aku ingin mengabarkan keberhasilanku saat ini. Aku sudah tidak tahu bagaimana lagi hendak menyampaikannya.
Ayah,
Sekian dulu ya, Yah. Ayah istirahat yang tenang ya. Aku di sini mendoakanmu sepenuh cinta agar malaikat menjagamu di surga.
Dariku,
Anak bungsumu
smoga yang terindah untuk akhir kisah
salam ukhuwah mas..
kalo berkenan..gabung disini yak..http://www.facebook.com/groups/bloofers/
aku ngga tahan kalo mbayangin ngomong begini :'(
titip malaikat bwt menjaga ayahku di surga juga ya, mungkin ayahku dan ayahmu berteman di sana