Di dadaku, menarilah kupu-kupu biru,
Merayakan sendiri kemenangan atas waktu,
Dengan muslihat, waktu akhirnya mau bersekutu,
Bahagiakah aku?
Tidak semudah itu!
Sebab jantung hatimu tak bisa dipeluk rinduku,
Di sudut bibirku, menarilah capung bersayap layu,
Mendendangkan luka yang berkarib dengan pilu,
Dengan keluh kesakitan dia menipu,
Bahagiakah aku?
Tidak semudah itu!
Sebab merah bibirmu tak bisa dikecup kasihku,
Di kelopak mataku, menarilah laba-laba berjaring abu-abu,
Memejam asa atas rindu di batas titik temu,
Dengan peluh kepuraan dia merayu,
Bahagiakah aku?
Tidak semudah itu!
Sebab pejam matamu tak bisa dipeluk mimpiku
Di keningmu, menarilah bibir yang kehilangan senyum palsu,
Meretas keringat dengan usapan haru,
Dengan lihai dia berhasil memelukmu,
Bahagiakah aku?
Tidak semudah itu!
Sebab debar dadamu tak pernah mendenyutkan namaku,
Di pipimu, menarilah kumbang dalam jemariku,
Menghapus sisa-sia ciuman kekasihmu,
Dengan lincah dia mampu membuaimu,
Bahagiakah aku?
Tidak semudah itu!
Sebab denyut nadimu tak pernah mendoakanku.
Mataram, 16 Maret 2013 (16:13 Wita)