#MTR2013 – Ibunya, Ibuku

Ibunya, ibuku.

Memang seperti itu adanya. Meskipun tidak akan pernah bisa menggantikan ibuku, tetapi ibunya tetaplah ibuku. Setidaknya bagiku, hati keduanya adalah lautan. Tempat bagi sampan rapuhku untuk terus bisa berlayar — sampai sekarang.

Ibunya, ibuku.

Akan tetap seperti itu. Sebab jarak mengajarkanku, bahwa cinta seorang ibu tidak harus setiap hari dalam tatap. Selalu ada cinta dari hati yang terkirim lewat doa. Tak beda jauh dengan ibuku. Ada doa diam-diam dari ibunya untukku.
Ibunya, ibuku.

Aku mengenalinya sebagai keluarga keduaku. Dan ibunya adalah ibuku yang kedua. Bukan saja dulu. Bahkan hingga waktu, akhirnya mengajarkanku tentang arti kehilangan seorang ibu — ibunya, bukan ibuku.

Ibunya, ibuku.

Tahun ini, tepat dua tahun lalu, ibunya lebih dulu menemukan jalan terbaik menemui Tuhan. Tanpa sadar, aku kembali memimpikannya dalam genangan air mata. Aku memang telah merelakannya. Tapi ingatan tentang ibunya tak bisa hilang begitu saja. Bagaimanapun juga, aku dan ibunya seringkali menghabiskan waktu bersama dalam hal-hal sederhana — dulu — semasa hidupnya. Memasak mi instan saat lapar pulang kuliah dulu. Menemaninya menonton acara TV kesukaannya, yang sebenarnya aku tak menyukainya.

Ibunya, ibuku.

Kini tenang dalam pelukan terbaikNya, tapi kenangan masih membekas dalam ingatan tentangnya. Mengalir dalam setiap doa-doa. Untukmu, ibunya, ibuku, berbahagialah di tempat terbaik di sisiNya.

Anakmu — teman kuliah anak kandungmu,

~ mo ~

~ mo ~

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *