
Siapa yang tidak bangga dengan daerahnya? Setiap orang pasti memiliki rasa cinta dan bangga dengan daerahnya, apalagi itu adalah tanah kelahirannya. Seperti apapun kondisi daerah kita, kita pasti bangga. Kenapa? Karena setidaknya kita merupakan bagian tak terpisahkan dari daerah tersebut. Rasa cinta dan bangga bukanlah monopoli “putera daerah” saja. Seorang ekspatriat, bahkan kadang bisa memiliki rasa cinta dan bangga yang lebih daripada “putera daerah” sendiri. Salah? Tentu tidak. Tidak ada yang salah memiliki rasa cinta dan bangga terhadap daerah, meskipun bukan tanah kelahirannya. Yang salah adalah tidak memiliki rasa cinta pada daerahnya, baik daerah tempat domisilinya atau tanah kelahirannya.
Saya pribadi, bukan penduduk asli Nusa Tenggara Barat (NTB). Saya adalah salah satu dari sekian ribu pendatang dari pulau Jawa yang akhirnya memutuskan untuk menetap di NTB. Bukan “putera daerah” tidak menjadi alasan bagi saya untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi NTB melalui bidang pendidikan. Saya cinta dan bangga menjadi orang NTB. Boleh kah? Tentu saja boleh, dan bahkan kalau saya bilang, harus! Cinta dan bangga NTB tidak membuat cinta dan bangga pada tanah kelahiran saya, di Solo Jawa Tengah, luntur atau pudar. Justru keduanya saling menguatkan. Saya belajar banyak cara memadukan dua unsur yang berbeda menjadi satu kesatuan yang tentunya lebih indah. Bahagia rasanya bisa memiliki dua “tanah kelahiran”. Solo, Jawa Tengah “tanah kelahiran” menjadi sosok saya sekarang ini, dan NTB menjadi “tanah kelahiran” bagi kreatifitas dan pribadi saya.
Lantas, apakah rasa cinta dan bangga saja cukup? Tentu tidak. Sekadar rasa cinta dan bangga tidak akan pernah berarti tanpa berkarya. Karya apapun itu dan dalam bidang apa saja, karya positif tentunya. Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam membuktikan rasa cinta dan bangga kita pada NTB, berbuat terbaik untuk selalu lebih baik sesuai dengan bidang masing-masing, misalnya. Termasuk bidang yang saya geluti sekarang, pendidikan. Saya cinta dan bangga dengan NTB, salah satunya adalah karena semakin meningkatnya pendidikan di NTB. Peningkatan fasilitas sarana dan prasarana belajar-mengajar, terbentuknya beberapa Sekolah Bertaraf Internasional maupun Sekolah Standar Nasional. Ini tentunya membanggakan kita sebagai warga NTB. Bagaimanapun juga, pendidikan adalah faktor kunci dalam peningkatan Sumber Daya Manusia NTB.
Terlepas dari itu semua, masih ada beberapa ganjalan terkait dengan bidang pendidikan. Masih tingginya angka putus sekolah, masih banyaknya sekolah pinggiran, masih banyaknya sekolah yang belum bisa mengakses internet, ketimpangan kondisi pendidikan di wilayah kota dan pelosok, saya belum meratanya pendidik yang masih terfokus pada sekolah-sekolah unggulan, perbedaan perlakuan terhadap sekolah-sekolah biasa. Semua hal itu masih terasa kental sekali. Saya pribadi mungkin tidak bisa menjelaskan secara detail, tetapi itu adalah sedikit potret buram pendidikan di NTB yang saya tahu dari membaca.
Terkait dengan hal itu, sebagai warga NTB, tentunya boleh berharap pendidikan di NTB menjadi lebih baik dan semakin maju. Meskipun ini bukan tugas pemerintah daerah saja, tetapi bagaimanapun juga pemerintah daerah menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan. Peran masyarakat NTB, tentunya juga sangat diperlukan untuk mendukung program-program pembangunan pendidikan yang sudah atau akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah NTB.
Salah satu hal yang mungkin bisa dilakukan oleh pemerintah daerah adalah memeratakan kesempatan memperoleh pendidikan bagi setiap warga NTB, termasuk menuntaskan buta aksara. Hal lain yang bisa dilakukan adalah memperluas akses bagi warga NTB usia sekolah untuk memperoleh pendidikan seluas-luasnya. Perhatian lebih terhadap sekolah pinggiran dan pelosok adalah harga mutlak. Semakin majunya teknologi, juga menuntut pemerintah untuk membuka akses bagi setiap sekolah agar dapat mengakses internet secara sehat, tujuannya jelas, agar tidak ada lagi ketimpangan dalam hal akses informasi. Entah bagaimana caranya, saya yakin pemerintah sudah memiliki program terkait dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan di NTB. Semoga di hari jadinya yang ke-53 ini, pemerintah NTB bisa membenahi hal-hal yang masih kurang, terkait dengan pendidikan dan hal-hal lain tentunya.
Akhir kata, Selamat Ulang Tahun NTB yang ke-53, semoga NTB dapat berdaya saing sesuai dengan slogan yang terus menerus dicanangkan oleh Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi.
Maju terus Nusa Tenggara Barat!
Saya bukan penduduk NTB. Saya lahir, tumbuh besar, sekolah, kuliah, kerja semuanya di Jakarta. Baru 3 tahun belakangan ini saya numpang mencari nafkah di Mataram, tapi saya bangga menjadi NTB dan kepikiran untuk menatap di sini :). Saya selalu promosikan NTB khususnya Lombok ke teman2, saya bilang kalo Bali aja mah tewas :D.
Pendidikan memang merupakan masalah di NTB, seperti tingginya angka putus sekolah, tingginya angka buta aksara. Perempuan buta huruf di NTB menduduki peringkat ke 32 dari 33 provinsi, hanya satu peringkat lebih baik di atas Papua. Sungguh menyedihkan.
SMP Negeri 3 Lingsar di Lombok Barat NTB, kak Rin.
Makasih. Ngalahin Jakarta? Kan sudah, di bidang pariwisatanya. 😀
itu SMP N 3 apa Mazmo…?
Happy Birthday ya NTB…
semoga jadi daerah yang maju… ngalahin jakarta deh 😀