⌣·̵̭̌✽̤̥̈̊·̵̭̌⌣
Hujan pertama di bulan Oktober setelah kemarau panjang, kini usai. Sisa rinainya mengalir lembut di sebuah jendela hati, mata Ibu yang berubah menjadi genangan.
“Ibu kenapa?”
“Tidak apa-apa, Nak.”
Ibu menyembunyikan kesedihannya dalam senyuman. Ibu tahu cara agar aku tidak ikut bersedih. Itu yang membuatku kagum.
“Hujan adalah kenangan Ibu. Banyak cerita indah selepas rinai terakhirnya.”
Kata demi kata yang mengalir adalah kekuatan cinta luar biasa untuk sosok yang kubanggakan, Ayah. Selama bercerita, pandangan Ibu lekat menatap jendela. Aku tahu Ibu menunggu hadirnya pelangi. Ada doa dan harapan yang telah lama dititipkan pada keindahannya. Kebersamaan dengan Ayah, seperti dulu, sebelum perceraian memisahkan mereka.
Dua pasang mata masih lekat menatap jendela. Dari balik jendela, pelangi mulai memudar, perlahan membawa Ayah kembali ke surga; selamanya.
⌣»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈♡̬̩̃̊ @momo_DM ♡̬̩̃̊✽̤̈·̵̭̌·̵̭̌«̶⌣
nice
Terima kasih. Salam.
Ya, Hujan itu selalu membawa sejuta kenangan…
Au juga sangat menyukai hujan..
Bersabarlah Sob
Salam kenal
Iya. Terima kasih apresiasinya. Tetap semangat! 🙂
Seorang ibu tegar dan kuat di dalam menghadapi kehidupan…
Karena kekuatannya adalah sumber kekuatan bagi kita, anak-anaknya, Mbak. Salam. *sungkem*
Seorang ibu akan menjadi tegar dan kuat karena cinta dan kasih sayangnya pada anak…
Kasih sayang yang tidak perlu lagi dipertanyakan, karena sudah jelas, kasih sayangnya tak berbatas semesta.
Cinta sejati. . :’)
Selalu abadi di hati. :’)
Selalu banyak cerita haru tentang pelangi. Suka!
Terima kasih, Ben. *salaman* 🙂
Pelangi selalu memberikan keindahan, tp skrg sudah sering dilihat ??
Pelangi sekarang jarang terlihat, begitulah keindahan, tak terlihat sekalipun tapi tetap dirasakan indah. 🙂
Iya mas, aku komennya kurang kata “tidak” hee…. Betul, Sayah suka banget sekali dengan pelangi, dan susah sekali melihatnya sekarang 🙁
Hehehe. Sudah jadi sesuatu yang langka. Atau mungkin karena sudah jarang hujan ya. 🙂