.:. Perempuan yang Merindukan Perempuan di Pelabuhan .:.

“Tisu! Tisu! Tisu!”

Suara itu terus terdengar hingga pelabuhan. Sepagi ini, Ibu sudah menjajakan dagangannya. Sementara aku, tak bisa membantu apa-apa. Bahkan lewat doa sekalipun. Aku memang sama sekali tidak berdaya.

“Kacang! Kacang! Kacang!”

Suara Ibu semakin mendekat ke arahku. Aku masih terpaku. Kebahagiaan membuncah saat bunyi tapak kaki menjejak permukaan kayu.

Tepat di bagian aku selalu menunggunya, Ibu menghentikan langkah. Tak ada lagi suara. Yang terdengar hanya riuh suara calon penumpang yang menuju geladak kapal yang hendak menyeberang ke Bali. Sesekali terdengar suara petugas pelabuhan Lembar dari pengeras menyerukan penumpang untuk segera naik.

Kapal sebentar lagi akan berangkat. Aku masih termenung sendiri. Ibu tidak langsung menemuiku. Pun aku. Tak ada kuasa untuk menghampirinya.

Di ujung pelabuhan kulihat Ibu sedang bercakap dengan seorang gadis kecil seusiaku. Mirip denganku. Mendadak aku cemburu. Sudah lama aku tidak merasakan hal itu. Sejak dinding kapal waktu itu memisahkanku dengan Ibu. Aku dilarang untuk menemuinya lagi.

Kulihat gadis kecil itu merogoh kantongnya, mengeluarkan uang logam lalu menyerahkannya pada Ibu. Sesaat kemudian, uang logam itu telah berpindah tempat ke atas permukaan air laut yang jernih. Melayang sebentar, lalu tenggelam. Aku tersenyum.

“Ibu kenapa setiap hari selalu melakukan ini?”

“Kakakmu, Bella, sangat senang kalau Ibu melemparkan uang logam ke laut. Dia akan terjun, lalu dengan bangga muncul menunjukkan uang logam di tangannya,” jawab Ibu menyeka airmatanya.

“Apa uang logam dari Ibu saja yang diambilnya?”

“Tidak, Nes. Sepulang sekolah kakakmu membantu Ibu mencari nafkah dengan cara seperti itu.”

Kulihat Ibu semakin tak kuasa menahan airmatanya. Sampai lemparan uang logam kelima, aku masih bergeming. Tidak juga menghampirinya.

“Kak Bella kok belum muncul juga, Bu?” tanya adikku.

“Ibu selalu berharap kakakmu akan muncul dan menemui Ibu, Nes. Mungkin dia telah bahagia di sana. Kita doakan saja ya,” kata Ibu mengajak adikku berlalu meninggalkanku lagi. Di sini. Di dasar laut, sendiri, setelah bertahun-tahun. Aku menunggu Ibu kembali melemparkan uang logam esok hari.

***

@fiksimini RT @momo_DM UANG LOGAM • Dilempar Ibu dari atas pelabuhan, berharap anak kecilnya muncul ke permukaan setelah bertahun-tahun hilang. (10 April 2013)

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *