[#PuisiMalam] ~ Dua Belas Agustus

nulisbuku.com

Rangkuman Tweet #PuisiMalam @nulisbuku [20]

RT : Bayangkan tulisan tanpa spasi, malam tanpa bintang, aku tanpa kamu. Berantakan. 

RT : Kita menanti dalam rentang waktu berbeda. Kamu menyerah kalah. Kini tinggal aku, membebat hati yang berdarah.

RT : tidurlah dengan nyenyak, biarkan aku terjaga disini ditemani sendu yang beranak pinak 

Ada hujan yg menggerutu dari matamu. Sepertinya dia bosan dengan sunyi yang dicekik tak mati-mati! ~ 


Kamu melesat, meretas malam. Katamu untuk menghiasi langitku yang kelam. Bintang jatuh. ~  

Telah kukirim ratusan kupu-kupu bersayap abstrak. Terbang dari bibirku berarak2. Malam ini mimpimu akan semarak. ~ 

RT : Kadang hati lelah mencari, lalu aku memaki. Kadang hati lelah menunggu lalu aku meragu. 

Aku adalah kertas kosong di hadapanmu. Tidak untuk ditulis, tetapi dilipat menjadi pesawat, diterbangkan, hilang~  

Pada ciuman pertama kita, kutemukan lembut manis gula-gula. Aku adalah, anak kecil yang mencandu hingga gila. ~ 

Kau bintang utama, aku tokoh yang tak ada dalam cerita.~ 

Akulah sehelai kertas, diatasnya kamu gambar kisah-kisah rumit kita yang lupa diberi jalan keluar.~  

RT : Aku adalah rindu yg tak terbaca, yang larut dalam dekapan malam.~ 

Aku telah menemukan muaraku didadamu yg tambun tempat debar paling gaduh dan tempat cinta bersembunyi~ 

Aku dan waktu duduk berhadapan, bersulang, meneguk kenangan. saling menunggu, siapa mati lebih dulu. ~  

RT : Aku mencintaimu seumpama angka, tak terhitung, tak terjumlah. Semesta angkasa dalam raga 

RT : Kita pernah menertawakan jarak, dulu sekali sebelum pada akhirnya kita dikalahkan beda dengan telak. |

Kasih yang merayap; mendekap kisah yang tak bersayap. Telah tumbang di dasar laut,termakan deruan ombak & surut. ~ 

Tak ada luka yg terindah daripada luka yg hadir berkat cinta padamu; pada cinta yang tak terpeluk oleh dirimu.~ 

Gitar tua, petikannya tak lagi menggema. kesepian adalah, seorang tua bernyanyi lagu gembira, di makam istrinya~ 

Akan ada masanya kau tak peduli. tapi jangan sekarang, aku perlu persiapan. ~  

Aku suka hujan yang datang dari kedua matamu, dan pelangi yang tiba sesudahnya. ~  

RT : Kita adalah sepasang angsa yang saling jatuh cinta; berdansa, membungkam asa, kemudian menyatukan rasa.

Senyummu sesungging bahagia di bibir tipismu, menggelayuti mimpi panjangku. Ah, mimpi! ~  

Ijinkan aku untuk mengejar malam tanpa lentera, untuk tersesat dan tertidur di hatimu selamanya. ~  

RT : Matamu menyambar, mataku tak ingin dikejar. Lalu kemudian, mataku berlari dan matamu terhujam belati. 

Apa yg hendak kau baitkan? segenggam rasa saja kau tak punya.~ 

Aku ingin bermimpi sebagai kupu-kupu, mencari madu di lembah berbatu, mencari kau, setangkai kembang sepatu ~ 

Kau tau? Sosokmu yg hadir di kemarau itu, hadirkan bbrp tetes embun di dasar hatiku. Lalu segera aku tau, aku mau ~ 

Aku cuma menggantung waktu. Pada temu yang semakin bisu. Tanpa ku tahu, kamu atau dia jawabnya. ~  

Aku ingin seperti angin, yg dengan ramahnya membelai rambutmu, lalu pergi tanpa kau sadari~  

Sudah kurangkum semua dalam kenangan. Tidak perlulah tersedu sedan. Toh, kisah ini picisan. ~  

RT : Satu-satunya akhir perjalanan kita yang bahagia, adalah cerita yang aku tulis tiap senja.

RT :Aku ingin bermalam di hatimu. Tapi bilik hatimu sesak dengan kebohongan, aku menangis sepi! 

udah kurangkum semua dalam kenangan. Tidak perlulah tersedu sedan. Toh, kisah ini picisan. ~  

Di matamu, air seringkali jatuh sebagai hujan; merayakan kepedihan yang semakin tua–dan tak kunjung usai. ~ .

Aku menyerah pada waktu, pada jarak yang dulu pernah kutantang dengan angkuh. ~  

Adalah engkau yang mempesonaku, lalu berlari pergi, meninggalkan remah-remah jiwa yang melemah.. ~  

Angin sebarkan cinta, mekarkan kelopak bunga namun seketika arah berbeda, jelas akan ada yang terluka. Itu aku ~ 

Ingin kukata sepi tapi kau terlalu tuli, ingin kukata sunyi tapi kau tak peduli. o, ada perih! ~  

Waktu gemar menyembunyikan masa lalu; kemudian dijeritkan lewat mataku sewaktu-waktu, semau-mau. ~  

Akulah puisi yang dikelabuhi mimpi, diperdayakan senja; kepedihan yang kau rayakan di sudut malam ~  

Sungai itu; lekuk basah tubuhmu, tempat rinduku berenang-riang, kemudian tenggelam–semakin dalam. ~  

Dalam patahan ranting yang kau injak, ada beberapa bagian hatiku yang ikut jadi serpihan.~  

Dan hanya dengan dekapan lengan-lenganmu, cinta telah kau sembunyikan dari pisaunya~  

RT : Sendirian aku tertatih meniti malam, senyummu tangga menuju langit kelam. 

Kita; anak-anak malam pencari kunang, mencari kesenangan dari kenang ke kenang. ~  

Tangisku bening telaga, kau angsa putih melintasinya. Mendadak aku beriak, bergolak tanpa bisa berteriak. ~ 

Cinta kita tanpa keberanian. Aku, kamu pergi, tanpa saling mengungkapkan. ~  

Mencintaimu cukup dengan dua waktu. Saat mataku terbuka dan terpejam. ~  

Sumber: Tweet @nulisbuku

nulisbuku.com

nulisbuku.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *