Satu bertiga. Selalu ada kecukupan, untuk satu hal yang diinginkan bersama. Satu tujuan demi meraih cita-cita. Tak apa, katanya. Ini bukan keadaan yang harus disesalkan. Sebab kekurangan tidak selalu berarti tangisan. Bukankah segalanya cukup jika mau berbagi bersama?
Satu bertiga. Tak ada jemari kecil berebut. Kesabaran menunggu giliran tertanam sebab kebiasaan. Satu per satu, jemari bergiliran menuliskan masa depan. Kadang diselingi tawa kecil saat jemari menuliskan kesalahan. Mungkin dari sana kita bisa belajar. Bahwa tidak semua kesalahan harus menjelma tangisan. Dengan menertawakan kesalahan, setidaknya kita masih bisa bangkit untuk memperbaikinya.
Satu bertiga. Tidak ada kata tidak cukup bagi mereka. Hanya membutuhkan kesungguhan semangat menarikan jemari di atas tombol-tombol aksara. Lewat rangkaian kata, mereka belajar menemukan masa depannya.
Satu bertiga. Hanya sebatas itu yang baru bisa diberikan. Keterbatasan yang tidak pernah membatasi sebuah ruang yang bernama sebuah imajinasi. Setidaknya sampai mereka memahami, bahwa bekal ilmu akan membawa mereka ke dunia yang sebenarnya.
Satu bertiga. Tidak cukup bagi mereka sebenarnya. Tapi, apa mau dikata, sebatas itu yang bisa diberikan oleh tempatnya menemukan ilmu. Kerelaan menerima akan mengajarkan mereka, bahwa suatu saat dia bisa memberikan lebih banyak.
~ mo ~
jadi ingat waktu pertama megang komputer pas di SMK dulu, satu komputer bukan hanya bertiga, tapi sekelas…. make bergiliran dan cuma sebentar…. hehehe
salam
Hehehe. Pengalaman berharga, kan? 🙂