#SelfieStory – Buanglah (Barang Pemberian) Mantan pada Tempatnya

Tentang mantan di masa lalu bukan untuk tetap dikenang keindahannya, tetapi dijadikan pembelajaran ke depannya.

image
Membuang (Barang Pemberian) Mantan pada Tempatnya — Bak Sampah (diambil dengan kamera depan Smartfren U2)

Mantan? Hiii… Horor banget mendengarnya, ya? Iya. Bagi beberapa orang. Namun bagi sebagian orang, terdengar biasa saja. Kenapa? Karena (mungkin) mereka telah melupakan atau bahkan sudah tidak mengingat mantannya lagi. Atau bisa jadi memang tidak punya mantan? Ah! Entahlah…

Tentang mantan tentu banyak kenangan. Banyak pula cerita kebahagiaan. Ingat, ya! Tentang mantan sebenarnya bukan hanya kesedihan.

Hal berat dalam melupakan mantan kadang terhambat oleh barang-barang pemberiannya. Hayo… pasti ada yang masih menyimpan barang pemberian mantan, kan? Hahaha… Sama!

Namun tak selamanya barang tersebut akan disimpan. Terlebih jika kehidupan sudah ada perubahan. Dulunya sendirian, sekarang sudah ada yang menyiapkan sarapan. Mau tidak mau, tentang mantan dan segala yang mengingatkannya harus segera dimusnahkan.

Seperti halnya diriku yang tak berdaya ini. Kenangan bersama mantan selalu muncul saat aku melihat barang pemberiannya. Bukan barang yang sangat berharga memang. Namun, bukan berarti kenangannya tidak berharga, lho! Berharga banget! Setidaknya dulu.

Beberapa waktu yang lalu, satu keping VCD berisi lagu-lagu Jawa mau tidak mau mengingatkanku pada kampung halaman. Sebuah kampung yang hanya kujenguk setahun sekali saat lebaran. Alunan syahdu lagu-lagu Jawa mengobati setiap kerinduan pada kampung halaman.

Bukan itu saja. Aku masih ingat tentang cerita bahagia di baliknya. hujan, berdua, berteduh di dekat toko VCD bajakan di daerah Cakranegara. Niat awal hanya untuk jalan-jalan menikmati kebersamaan. Namun, ia justru memilih untuk masuk ke dalam toko.

Hingga tak lama kemudian, “Mas… ini hadiah ulang tahun kemarin. Maaf ya kalau sederhana banget. Seenggaknya bisa untuk mengobati rindu sama kampung halaman.”

Deg!

Tentu aku tak bisa menjawab apa-apa. Aku hanya bengong demi menerima VCD yang diulurkannya. Ia tahu kalau aku sedang rindu pada kampung halamanku. Dari mana ia tahu? Entahlah. Mungkin dari ceritaku sebelumnya.

Dan, benar saja. Pada akhirnya rinduku pada kampung halaman bisa dituntaskan, tetapi rindu pada mantan justru semakin merasuk dalam ingatan. Perlahan melahirkan kesedihan.

“Mas… kok nangis? Kangen rumah, ya?”

Deg!

Aku tertegun melihat seraut wajah cantik mengetahui kesedihanku. Bukan. Ia bukan mantan yang memberikan VCD yang sedang kutonton. Namun, perempuan berambut pendek tiba-tiba duduk di sampingku yang memelototi lagu Jawa di layar TV itu adalah istri tercintaku.

Aku hanya menggeleng lalu memberikan jawaban palsu. “Enggak papa, Ay. Aku baik-baik aja, kok.”

“Terus kenapa Mas nangis setiap nonton VCD ini?”

Sekali lagi aku meyakinkannya. Ia pun akhirnya percaya.

“Maafin aku, Sayang,” batinku.

Kejadian tersebut menyadarkanku bahwa aku tidak hidup di masa lalu bersama mantanku. Aku hidup di masa sekarang, bersama istriku.

Hingga akhirnya aku menguatkan diri untuk benar-benar bisa beranjak dari masa lalu. Selamat tinggal barang pemberian mantanku. Selamat berpisah dengan kenangan indah di dalamnya yang melahirkan resah.

Dan, beruntung sebelum tentang mantan benar-benar pergi, pada detik-detik terakhirnya aku berhasil mengabadikan dengan kamera depan Smartfren U2. Terbukti dengan kekuatan sebesar 2 MP, mampu menjadikan momen saat beberapa orang yang melihat (mungkin) menganggapku gila dengan berpose di depan bak sampah, menjadi begitu luar biasa. Ini tentang keberanian-keberanian — berpose di tempat umum yang tidak biasa, meninggalkan masa lalu, dan mengungkap kejujuran baru. Perjuangan!

Semoga bisa menjadi pembelajaran bagi yang belum benar-benar move on dari (barang pemberian) mantan di masa lalu. Juga pembelajaran pada semua bahwa barang-barang yang sudah tidak dimanfaatkan lagi harus dibuang pada tempatnya.

Kalau tidak di tempat sampah, di mana lagi?

Catatan:
Maaf. Ini bukan cerita tentang mimpi yang menjadi kenyataan luar biasa, tetapi cerita kenyataan biasa yang masih menjadi mimpi. Akan menjadi kenyataan luar biasa hanya jika kita semua bersedia menjadikannya nyata. Sebab perihal sampah adalah tanggung jawab bersama. Intinya, SAY NO TO BUANG SAMPAH SEMBARANGAN! DIMULAI DARI DIRI SENDIRI, SEKARANG JUGA! Bisa? PASTI! Salam mantan! Eh… salah. Salam sampah!

– mo –

Diikutkan dalam Blog Competition Selfie Story bersama Emak Gaoel dan Smartfren

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *