Siap Mengikuti Pendidikan Guru Penggerak

Pendidikan Guru Penggerak (PGP) merupakan prioritas dalam program Merdeka Belajar. Melalui pendidikan yang sebelumnya berjalan selama 9 bulan ini, guru disiapkan menjadi pemimpin pembelajaran. Berbagai upaya perbaikan telah dilakukan. Baik itu terkait jangka waktu pelaksanaan maupun materi dalam modul pembelajaran. Jangka waktu mengalami perubahan dari semula 9 bulan menjadi 6 bulan. Sedangkan materi pembelajaran terdapat beberapa penyesuaian. Penyesuaian dilakukan agar materi pembelajaran lebih tepat sasaran. Namun, secara umtum tetap sama, yaitu menyangkut perubahan pada diri sendiri, kelas, dan sekolah.

Bagi guru yang akan mengikuti pendidikan ini, tentunya setelah dinyatakan lolos seleksi, perlu menyiapkan diri. Banyak hal yang harus disiapkan, baik teknis maupun nonteknis. Persiapan teknis meliputi hal-hal yang sifatnya berhubungan langsung dengan proses pembelajaran. Sementara persiapan nonteknis lebih pada sisi sosial emosional guru sebagai peserta pendidikan.

Informasi Umum

Berikut ini adalah beberapa informasi terkait pelaksanaan Pendidikan Guru Penggerak:

  1. Proses belajar dalam PGP dilaksanakan menggunakan mode kombinasi daring dan luring. Mode daring melalui Learning Management System (LMS), sedangkan luring dalam bentuk pendampingan lokakarya dan individu di masing-masing sekolah;
  2. Proses belajar daring dilakukan secara mandiri dan kolaborasi dengan didampingi fasilitator. Sedangkan secara luring akan didampingi oleh Pengajar Praktik (PP) dengan rasio ideal 1 Pengajar Praktik mendampingi 5 orang Calon Guru Penggerak (CGP);
  3. PGP akan berlangsung selama 6 bulan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jadwal PGP Angkatan 6 dapat diunduh di sini;
  4. Ada 3 modul yang akan dipelajari di LMS, yaitu modul 1 dengan 4 sub modul, modul 2 dengan 3 sub modul, dan modul 3 dengan 3 sub modul. Setiap modul menggunakan alur belajar MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antarmateri, dan Aksi Nyata. Selain alur Ruang Kolaborasi dan Elaborasi Pemahaman, semua alur dilakukan secara mandiri.
  5. Bentuk tagihan tugas di LMS bervariasi yang terdiri dari menjawab langsung di LMS, audio, video, infografis, artikel, blog, presentasi, dll.
  6. Penilaian akhir PGP berasal dari fasilitator dan Pengajar Praktik dengan komposisi masing-masing adalah 50% : 50%.
  7. Lokakarya dan pendampingan individu dilaksanakan setiap sebulan sekali. Lokakarya terdiri dari lokakarya orientasi dan lokakarya 1 sampai 7. Pendampingan individu sebanyak 6 kali dari pendampingan individu 1 sampai 6.

Tips Mengikuti PGP

Berikut ini adalah beberapa tips agar bisa mengikuti PGP dengan baik. Beberapa tips ini dapat dicoba untuk diterapkan nantinya saat mengikuti pendidikan:

  1. Memastikan dan meyakinkan diri bahwa tujuan mengikuti pendidikan ini adalah untuk belajar dan berbagi sebagai pemimpin pembelajaran sehingga nantinya dapat mengimplementasikan prakarsa perubahan bagi diri sendiri, kelas, dan sekolah.
  2. Mengatur diri sendiri agar dapat mengelola waktu sebaik-baiknya dengan cara mengikuti jadwal yang ada. Bisa juga dengan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk belajar mandiri di LMS.
  3. Saat kejenuhan melanda ketika belajar di LMS, bisa mengalihkan ke aktivitas lain yang sejenis dan masih terkait dengan pendidikan.
  4. Memanfaatkan ruang diskusi dengan fasilitator dan Pengajar Praktik dengan sebaik-baiknya saat akan mengimplementasikan prakarsa perubahan atau menemui kendala dalam perjalanan pendidikan.
  5. Melibatkan Pengajar Praktik saat melaksanakan aksi nyata di sekolah, baik berupa saran dan masukan atau undangan untuk kunjungan langsung ke sekolah saat berbagi pengetahuan kepada sejawat di sekolah.
  6. Mengumpulkan dokumentasi atau produk sejak awal sebagai persiapan panen karya pada lokakarya 7.

Persiapan Nonteknis

Persiapan nonteknis berperan penting dalam upaya menyelesaikan pendidikan. Enam bulan memang bukan waktu yang singkat. Namun, bukan berarti akan terasa lama. Melalui persiapan sosial emosional, pendidikan tanpa terasa akan selesai juga. Berikut beberapa persiapan nonteknis yang harus dilakukan oleh guru peserta PGP:

  1. Kemauan. Kemauan berkaitan erat dengan niat yang kuat. Adanya niat kuat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan dengan baik adalah kunci. Kemauan untuk terus belajar diyakini dapat memacu semangat menuntaskan. Kemauan ini harus dijaga oleh guru peserta pendidikan. Menjaga kemauan belajar bisa dengan menemukan situasi paling nyaman untuk belajar. Masing-masing guru peserta pendidikan tentu memliki kenyamanannya sendiri. Kenyamanan ini pada akhirnya akan membuat seseorang menyimpan keinginan terus belajar.
  2. Komitmen. Komitmen merupakan kunci dalam menuntaskan apa yang telah dimulai. Setiap guru peserta pendidikan sudah seharusnya memiliki komitmen ini. Dengan komitmen tinggi di awal, pada akhirnya akan semakin meningkat setelah menemukan irama belajar mandiri. Komitmen seseorang bisa saja berubah sepanjang perjalanan. Kunci menjaga komitmen adalah kembali menguatkan diri terhadap tujuan yang ingin dicapai dari mengikuti pendidikan.
  3. Konsistensi. Konsistensi terutama berkaitan erat dengan menyelesaikan tugas sesuai jadwal. Konsistensi dalam menyesuaikan diri dengan jadwal juga merupakan kunci keberhasilan mengikuti pendidikan. Seperti kita tahu, dalam perjalanan akan ada perubahan konsistensi. Tidak dimungkiri, bahwa rentang waktu panjang berpotensi melahirkan kebosanan. Perlu strategi mengaburkan kebosanan. Caranya, yaitu dengan mengalihkan perhatian sesaat pada hal terkait lainnya saat kebosanan melanda. Hal ini efektif menjaga ritme belajar kita.
  4. Kekuatan. Kekuatan fisik dan psikis adalah utama. Kekuatan fisik terkait dengan kesehatan diartikan bahawa guru peserta pendidikan harus menjaga kesehatan. Hal ini karena dengan kesehatan aktivitas pembelajaran dapat dilakukan dengan baik. Demikian halnya dengan kesehatan psikis. Untuk menghindarinya adalah dengan cara berusaha menikmati setiap detik proses belajar dalam PGP. Meyakinkan diri bahwa tidak ada tugas yang tak bisa diselesaikan adalah kunci. Hal lainnya adalah terkait potensi dalam diri peserta PGP. Berpikir berbasis potensi ini akan membuat peserta tidak kekurangan ide dalam melakukan perubahan. Potensi yang dimiliki, sekecil apa pun bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang bisa menimbulkan perubahan besar.
  5. Kreativitas. Hal ini terkait dengan banyak hal, terutama ide-ide perubahan. Ide-ide perubahan untuk diri sendiri, kelas, dan sekolah dapat tercapai jika seorang guru kreatif. Kreativitas merupakan salah satu hal yang bisa diasah. Melalui pembiasaan diri berpikir kreatif, akan banyak ide perubahan diperoleh untuk diterapkan. Tidak terkecuali adalah menemukan referensi terkait kreativitas dalam pembelajaran yang memerdekakan yang telah dilakukan oleh angkatan-angkatan sebelumnya. Kuncinya terletak pada kemampuan dalam memodifikasi sesuai kekuatan dan potensi sekolah masing-masing.

Persiapan Teknis

1. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana ini terkait perangkat keras dan lunak. Pendidikan ini membutuhkan perangkat keras berupa smartphone, laptop, dan jaringan internet. CGP membutuhkan perangkat-perangkat ini selain digunakan sebagai sarana komunikasi dan informasi juga untuk bisa mengakses Learning Management System (LMS). Hal ini mengingat belajar mandiri dilakukan secara daring. Dengan smartphone akan memudahkan dalam mengakses LMS dan mengerjakan tugas di mana pun dan kapan pun. Selain tentunya untuk melakukan pertemuan virtual dengan fasilitator dan instruktur. Sementara laptop juga memiliki fungsi yang sama. Hanya saja fiturnya lebih lengkap.

Perangkat lunak yang perlu disiapkan di antaranya, yaitu aplikasi pertemuan virtual. Bisa berupa zoom meeting atau Google Meet. Aplikasi lain yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengerjakan tugas. Aplikasi pengolah kata, presentasi, blog, penyunting video, Canva for Education, dan Google Sites wajib dimiliki dan dikuasai.

2. Kesiapan Keterampilan

Keterampilan yang dibutuhkan dalam mengikuti pendidikan sebagai pemimpin pembelajaran ini terkait penguasaan teknologi. Beberapa keterampilan yang perlu dipelajari dan ditingkatkan meliputi:

    • Kompetensi Menulis. Kompetensi ini mutlak dimiliki. Tidak terkecuali menulis di blog. Membuat dan mengelola blog yang bisa digunakan bisa domain pribadi atau gratis. Bisa menggunakan blogspot, wordpress atau kompasiana. Hal ini penting karena salah satu bentuk penugasan dalam Learning Management System (LMS) PGP adalah membuat tulisan di blog. Contohnya silakan klik di sini.
    • Kompetensi videografi. Kompetensi ini meliputi penguasaan pengambilan foto/video maupun aplikasi penyunting video. Bisa menggunakan aplikasi android Power Director, Kinemaster, Cap Cut atau aplikasi lainnya. Sarana lainnya selain smartphone juga bisa disiapkan perangkat pendukung lainnya yang tidak wajib ada seperti tripod dan green screen. Tidak kalah pentingnya adalah mulai mengelola akun YouTube masing-masing. Contoh akun YouTube silakan klik di sini.
    • Kompetensi Desain Grafis. Calon Guru Penggerak (CGP) dapat memanfaatkan aplikasi Canva for Education. CGP sebaiknya menggunakan akun belajar.id untuk dapat menggunakan fitur lengkap aplikasi ini. Contoh hasil pembuatan tugas klik di sini.
    • Kompetensi Presentasi. Keterampilan yang dibutuhkan adalah menyiapkan presentasi menarik. Bisa menggunakan Microsoft PowerPoint atau Canva for Education. Selain itu, juga dibutuhkan kemampuan dalam public speaking.
    • Kompetensi Portofolio Digital. CGP dapat memanfaatkan Google Sites menggunakan akun belajat.id untuk membuat portofolio digital. Portofolio digital yang di-update sejak awal akan memudahkan dalam mendokumentasikan perjalanan selama mengikuti pendidikan. Contoh portofolio digital silakan klik tautan di sini.

    3. Persiapan Belajar

    Persiapan belajar ini penting bagi CGP agar memudahkan dalam mengikuti proses belajar. Bagaimanapun juga pada akhir proses belajar melalui LMS nantinya diharapkan CGP memiliki kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Guna memudahkan dalam mewujudkan hal tersebut membutuhkan persiapan belajar yang terdiri dari:

    • Ide Prakarsa Perubahan. CGP bisa mengumpulkan ide-ide prakarsa perubahan dimulai dari diri sendiri, kelas baru kemudian sekolah. Prakarsa perubahan diri sendiri fokus pada nilai dan peran apa yang bisa ditingkatkan untuk menjadi seseorang yang mampu tergerak, bergerak, dan menggerakkan. Prakarsa perubahan di kelas bisa mulai dari hal sederhana, yaitu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan memerdekakan. Sedangkan prakarsa perubahan sekolah, CGP sudah bisa mulai mencari referensi aksi nyata program sekolah berdampak pada murid yang telah dilakukan guru penggerak angkatan sebelumnya. Contoh rancangan aksi nyata silakan klik di sini.

  • Aset Sekolah. CGP suda bisa langsung memetakan aset yang dimiliki oleh sekolah. Tujuannya agar bisa dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya saat menjalani pendidikan nantinya. Untuk bisa memetakan aset, terlebih dahulu CGP memandang sekolah sebagai sebuah ekosistem. Ekosistem ini terdiri dari komponen hidup dan tak hidup yang saling berkaitan.
  • Potensi dan Kekuatan Diri. Hal ini penting dalam mengikuti pendidikan nantinya. Dengan mengetahui potensi dan kekuatan diri, maka CGP akan bisa berpikir berbasis aset diri. Potensi dan kekuatan diri yang dimiliki akan menjadi bahan dasar terbaik dalam melakukan pengolahan hasil belajar menjadi aksi nyata.
  • Road Map CGP. Menyusun road map akan memudahkan CGP dalam mengimplementasikan prakarsa perubahan. Road map ini tentu berawal dari perubahan pada diri sendiri. Sebagai contoh adalah dimulai dari perubahan pada diri sendiri berdasarkan potensi, misalnya berupa kemampuan memanfaatkan teknologi. Dari sini, CGP bisa mengembangkan ke prakarsa perubahan kelas, misalnya mengakomodir kebutuhan murid yang sudah cakap memanfaatkan komputer. Selanjutnya bisa dibuat prakarsa perubahan sekolah berupa sekolah digital. Berikut contoh road map yang bisa digunakan sebagai referensi.
  • Manajemen Waktu. Hal ini penting mengingat selama mengikuti pendidikan tidak boleh mengganggu jadwal mengajar di sekolah. Kemampuan mengelola diri sendiri untuk memanfaatkan waktu sangatlah penting. Seorang CGP harus bisa menyusun skala prioritas terhadap apa yang akan dikerjakan. Oleh karena itu tidak menunda-nunda tugas di LMS merupakan pilihan terbaik. Tentukan waktu paling nyaman untuk mengerjakannya.
  • Jadwal Belajar. Jadwal belajar yang sudah diberikan berfungsi memudahkan CGP dalam belajar mandiri. Berpegangan pada jadwal yang ada, maka kecil kemungkinan tugas di LMS terbengkalai.

4. Menyiapkan Pendukung

Selain dukungan berupa sarana dan prasarana, CGP di sekolah juga membutuhkan dukungan lainnya. Dukungan tersebut bermanfaat dalam implementasi prakarsa perubahan yang telah disusun. Membangun hubungan harmonis adalah kuncinya. Dukungan yang dibutuhkan tersebut adalah:

  • Kepala Sekolah. Untuk memperoleh dukungan kepala sekolah, jangan segan melakukan koordinasi terkait prakarsa perubahan yang akan dilakukan. Termasuk di dalamnya adalah menyampaikan perkembangan belajar selama pendidikan, baik itu keberhasilan maupun kendala. Hal ini akan menumbuhkan kedekatan personal dengan kepala sekolah. Kedekatan yang terbangun merupakan awal yang baik dalam bentuk dukungan.
  • Teman Sejawat. Berdasarkan pengalaman yang ada, hampir di setiap sekolah mengalami hal sama. Biasanya ada sejawat yang mendukung dan tidak mendukung prakarsa perubahan. Fokus terlebih dahulu pada yang sekiranya mau diajak bergerak bersama-sama. Sejawat yang enggan untuk bergabung, bisa dilakukan pendekatan personal untuk membangun kedekatan emosional. Pada akhirnya nanti semua bisa ikut mendukung. Intinya teruslah berbagi hal-hal baik di sekolah.
  • Tenaga Kependidikan. Hal ini terkait dengan kebutuhan teknis saat pelaksanaan prakarsa perubahan di sekolah. Kedekatan dengan tenaga kependidikan juga akan memudahkan nantinya dalam beberapa hal.
  • Murid. Bagaimanapun juga pada akhirnya semua yang dilakukan haruslah berpihak dan berdampak pada murid. Oleh karena itu, CGP perlu membangun chemistry dengan murid. Dengan demikian akan memudahkan dalam mengajak murid melakukan perubahan.
  • Seragam kelompok Fasilitator atau Pengajar Praktik. Hal ini tidak wajib karena memang ini hanya sekadar aksesoris dan atribut tambahan. Seragam ini fungsinya hanya sebagai bentuk kekompakan saja.
  • Draf buku. Pendukung ini juga sifatnya hanya tambahan saja. Namun, perlu untuk dipertimbangkan. Hal ini karena  menerbitkan buku, baik solo maupun antologi selama mengikuti pendidikan akan bisa menambah nilai diri dalam portofolio.

Demikian beberapa hal terkait persiapan mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. Semoga bermanfaat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *