⌣·̵̭̌✽̤̥̈̊·̵̭̌⌣
Rona mentari pagi menari di pucuk pohon jati
Awan tipis berdendang lembut di sela rantingnya
Jadikan batang perkasa bagaikan sebuah mahakarya
Anginpun menderu seakan berebut hendak tumbangkannya
Angin perlahan menerbangkan daun-daun terserak
Sehelai daun kering adalah penderitaan
Sehelai daun layu adalah kesedihan
Angin sepoi menghilangkan debu-debu tergeletak
Sehelai daun kuning adalah kekecewaan
Sehelai daun tak bertangkai adalah kegagalan
Sehelai demi sehelai daun beterbangan
Terbang melayang di lereng gunung asa yang menjulang
Yang tersisa hanya daun di ranting
Daun hijau daun kegembiraan
Daun segar daun harapan
Pohon jati gersang kini meradang
Daunnya keruh batangnya lusuh
Pohon jati perkasa tampak terluka
Rantingnya patah dahannya goyah
Daun keruh seperti akan meluruh
Batang lusuh seperti enggan tumbuh
Ranting yang patah seakan lirih mendesah
Dahan goyah karna asa yang kian membuncah
Dirayu badai daunnya bergoyang
Dipeluk air bah rantingnya menerawang
Dicium tanah longsor dahannya menggelinjang
Dihantam lumpur panas batang kokohnya meregang
Badai membelai, pohon jati terbuai
Air bah berbisik, pohon jati kian terusik
Tanah longsor membuncah, pohon jati mendesah
Lumpur panas bergolak, pohon jati tak bisa mengelak
Badai datang menyerang dengan garang
Kulit batang gersang terkelupas telanjang
Krakkk …
Dahan rapuhnya patah setengah
Namun bukan berarti harus pasrah
Puas menghantam badai berlalu
Berlalu untuk sementara waktu
Waktu yang tepat kembali merayu
Merayu batang kokoh berdaun layu
Layu dirundung derita dan duka sendu
Sendu yang tiada pernah berkata rindu
Rindu akan kedamaian yang tak lagi semu
Bagaimanapun juga nanti
Pohon jati masih sangat berarti
Melindungi belantara dari bencana erosi
Melindungi perdu-perdu kecil dengan kanopi
Menghibur segenap isi bumi dengan sebuah simponi
⌣»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈♡̬̩̃̊_m.a.z.m.o_♡̬̩̃̊✽̤̈·̵̭̌·̵̭̌«̶⌣
*Juara III Lomba Menulis Puisi untuk Umum Tahun 2007 yang diselenggarakan oleh Harian Pagi Lombok Post (@lompost)
