Belajar Terus Seterusnya Pembelajar

Inspirasi

Revitalisasi Bahasa Daerah di Sekolah

Revitalisasi bahasa daerah merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar episode 17. Pelaksanaan program ini mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah bahasa terbanyak di dunia. Jumlah bahasa yang dimiliki Indonesia adalah sebanyak 718 bahasa. Oleh karena itu, penting kiranya menjaga bahasa daerah dari kepunahan.

Pemerintah telah banyak melakukan upaya implementasinya. Salah satunya menyasar pendidik dalam pengembangan program berpusat pada murid. Guna ketercapaian hasil, pemerintah menyelenggarakan berbagai pelatihan bagi pendidik. Melalui pengimbasan nantinya, sasaran akan semakin luas.

Di sekolah sendiri bisa melaksanakan beberapa program terkait revitalisasi bahasa daerah. Bukan saja festival tingkat sekolah, tetapi juga pembiasaan. Program-program sekolah ini sudah seharusnya melibatkan murid sejak penyusunan rencana, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi program. Oleh karena itu, memerlukan peran serta seluruh guru di sekolah.

Beberapa program bisa menjadi alternatif bagi pendidik di sekolah. Program-program tersebut sekaligus sebagai prakarsa perubahan di sekolah. Tentunya sesuai dengan syarat prakarsa perubahan, yaitu berdampak pada murid, berpihak pada murid, dan mudah direplikasi.

Lalu apa saja program yang bisa dilakukan di sekolah sebagai upaya mendukung revitalisasi bahasa daerah ini? Berikut ini beberapa ide kreatif implementasi di sekolah yang berpusat dan berdampak pada murid. Tentu pelaksanaannya menyesuaikan dengan kondisi dan potensi murid serta aset yang dimiliki sekolah.

A. Program Berpusat pada Murid

Implementasi program berpusat pada murid menitikberatkan pada keterlibatan murid dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Upaya ini dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid. Sekolah mengembangkan program ini dengan mempertimbangkan minat murid.

1. Integrasi Program Sabtu Budaya

Dalam integrasi program ini, sekolah melibatkan murid sebagai aktor utama. Saat pelaksanaan Sabtu Budaya, sekolah memberikan kesempatan kepada murid untuk bertutur menggunakan bahasa daerah. Prosesnya bisa menampilkan murid untuk mendongeng dalam bahasa daerah, bernyanyi lagu daerah atau menceritakan garis besar buku cerita berbahasa daerah sesuai minat murid. Sekolah di Lombok bisa juga memberikan ruang kepada murid untuk bekayat (Bekayat adalah tradisi sastra masyarakat Sasak berupa pembacaan hikayat/syair dengan cara menembangkan kemudian diikuti terjemahan dan penafsiran secara bergantian oleh penembang dan pengarti (bujangge). Selain itu, untuk menguatkan potensi murid, secara berkala sekolah bisa menghadirkan tokoh adat setempat. Tokoh adat selanjutnya mendongeng cerita rakyat daerah, mendalang wayang menggunakan bahasa daerah atau mengajari bekayat.

2. Integrasi Ekstrakurikuler Majalah Dinding

Murid menjadi pemimpin program dengan guru pembina ekstrakurikuler sebagai pemandu. Pelaksanaan program dengan menambahkan Pojok Bahasa Daerah sebagai salah satu bagian rubrik. Rubrik tersebut bisa berupa apa saja, baik itu opini, cerita, aksara daerah atau kosa kata dan arti dalam kamus bahasa daerah. Pemilihan bentuk tulisan menyesuaikan dengan kesepakatan Tim Majalah Dinding.

3. Perayaan Bulan Bahasa

Sekolah melibatkan murid dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Murid menjadi panitia pelaksana kegiatan dengan guru sebagai pemandu. Pada perayaan ini murid bisa mengikuti beberapa mata lomba. Mata lomba tersebut, misalnya mendongeng cerita rakyat dalam bahasa daerah, membaca puisi dalam bahasa daerah, menarasikan gambar dalam bahasa daerah, membuat kaligrafi aksara daerah, dan Majalah dinding kelas berbahasa daerah.

4. Aneka Lomba Bagi Murid

Sekolah menyelenggarakan berbagai lomba sesuai minat dan potensi murid. Beberapa mata lomba antara lain pidato dalam bahasa daerah, berbalas pantun dalam bahasa daerah, pembuatan video tematik berbahasa daerah, pembuatan audio tematik berbahasa daerah, membuat poster tematik berbahasa daerah, dan lain-lain.

5. Integrasi Mata Pelajaran

Sekolah menerbitkan kebijakan integrasi bahasa daerah ke dalam mata pelajaran. Kebijakan berlaku untuk minimal satu penugasan terkait materi pembelajaran. Sebagai contoh, mata pelajaran Pendidikan Agama bisa menugaskan produk berupa video atau audio ceramah keagamaan dalam bahasa daerah. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat menugaskan menulis cerita pengalaman gotong royong menggunakan bahasa daerah. Demikian juga dengan mata pelajaran lainnya menyesuaikan dengan kreativitas masing-masing guru mata pelajaran. Hal ini akan menjadikan implementasi revitalisasi bahasa daerah menjadi tugas kolaboratif. Bukan saja tugas guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

B. Program Berdampak pada Murid

Pada program ini bukan murid saja yang menjadi aktor. Melainkan juga guru dan tenaga kependidikan. Sekolah bisa melaksanakan beberapa program yang berdampak pada murid. Baik langsung maupun tidak langsung. Bisa juga berdampak jangka pendek dan panjang.

1. Pantun atau Peribahasa Berbahasa Daerah dalam Proses Pembelajaran

Program ini bisa dilaksanakan dengan mudah oleh guru mata pelajaran. Saat ini pantun seringkali digunakan sebagai penyegar suasana pembelajaran. Tidak salah jika mencoba mengembangkan pantun atau peribahasa berbahasa daerah saat awal, tengah atau akhir proses pembelajaran. Secara tidak langsung murid akan belajar bahasa daerah sekaligus mengenali kekayaan bahasa daerahnya. Bagi sekolah di Lombok bisa menggunakan lelakaq (pantun) atau sesenggaq (peribahasa) Sasak, baik yang sering ataupun jarang didengar oleh murid.

2. Wajah Sekolah Berbahasa Daerah

Sekolah bisa melaksanakan program ini dalam bentuk pembuatan papan pantun atau peribahasa menggunakan bahasa daerah. Bisa juga menginisiasi petunjuk arah ruangan atau tempat menggunakan bahasa daerah beserta aksara. Di Lombok bisa menggunakan Base dan aksara Sasak. Selain itu, sekolah juga bisa menambahkan keterangan nama tumbuhan dalam bahasa daerah selain nama latin dan Bahasa Indonesia. Program ini akan memberikan dampak positif pada murid. Terutama memperkaya kosa kata bahasa daerah.

3. Poster Pantun atau Peribahasa Berbahasa Daerah

Pembuatan poster bisa dilakukan guru dan murid. Proses pembuatannya bisa memanfaatkan aplikasi Canva for Educations dengan menggunakan akun belajar.id. Poster Berbahasa dan/atau aksara daerah ini bisa apa saja, terutama poster pendidikan atau ajakan mencintai bahasa daerah. Dampak bagi murid adalah meningkatnya kompetensi membuat poster sekaligus penguasaan bahasa daerah.

4. Literasi Bahasa Daerah

Program ini terkait dengan pengadaan bahan bacaan nonteks pelajaran Berbahasa daerah. Pengadaan bisa berkoordinasi dengan Dinas Arsip dan Perpustakaan atau Kantor Bahasa setempat maupun donatur terkait lainnya. Alternatif lain adalah mengadakan pencetakan buku secara mandiri oleh sekolah. Sebagai tim penulis, bisa berasal dari guru, murid, tenaga kependidikan, orang tua/wali, dan masyarakat setempat.

5. Integrasi Bahasa Daerah ke dalam Laman Sekolah

Di era digital, laman sekolah memiliki peran yang besar dalam pelayanan informasi publik. Termasuk kepada murid yang memanfaatkan laman sekolah sebagai sumber belajar. Oleh karena itu, sekolah bisa memanfaatkan laman sekolah sebagai strategi implementasi revitalisasi bahasa daerah. Sekolah bisa menerapkan strategi berupa menampilkan menu bar khusus bahasa dan aksara daerah. Bisa berupa kosa kata dan arti yang diperbarui secara berkala dengan tampilan menarik.

Demikian beberapa ide program yang bisa dilakukan sekolah dalam mendukung upaya revitalisasi bahasa daerah. Anda punya ide menarik lainnya? Silakan tuliskan di kolom komentar.

 

Salam budaya!

 

Oleh: Sudomo, S.Pt.

Guru mata pelajaran IPA sekaligus pegiat literasi di SMP Negeri 3 Lingsar yang juga merupakan Ketua Komunitas Guru Penggerak Kabupaten Lombok Barat.

Sudomo, S.Pt.

Seorang pencinta formula fisika, gejala alam semesta, dan rangkaian kata yang cinta mati dengan serpihan surga di bumi, Pulau Lombok ini awalnya menulis hanya untuk menumpahkan kegelisahan ide-ide di kepala. Guru SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat ini meyakini, bahwa pada akhirnya akan besar dengan belajar dari hal-hal kecil di sekitar. Karenanya ia berusaha terus menjadi manusia pembelajar melalui berbagai kompetisi menulis. Pemilik buku antologi bersama penulis lain The Coffeeshop Chronicles (Bypass, 2012), Dong Ayok ke Lombok! (Dimensi Publishing, 2012), Dear Mama (Gradien Mediatama, 2013), Hororis Causa (AGPressindo, 2016), Jejak Penggerak dari Bumi Patut Patuh Patju (Kamila Eksoress, 2021), dan banyak lagi lainnya; buku duet Di Penghujung Pelukan (Mediakita, 2017) serta buku solo Cermin (Nulisbuku, 2011), Pahlawan Antikorupsi: Sudah Adil, Kok! (Funtastic M&C Gramedia, 2018), Tim Pencari Pesawat Sederhana (2019), Pahlawan Literasi (YPTD, 2021), Bagimu (Anak) Negeri (YPTD, 2021), dan ini bisa dikenali lewat kata di s.id/JejakPenggerak atau Twitter/Instagram @momo_DM.

Share
Published by
Sudomo, S.Pt.

Recent Posts

Inovasi Pembelajaran MATOA Berbasis TIK Melalui Kolaborasi nan Cantik

Pendahuluan Era digital memungkinkan murid semakin mudah mengakses informasi yang semakin terbuka. Namun, di sisi…

7 bulan ago

Sorgum, Transformasi Bisnis Lokal Menuju Global

Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan salah satu keajaiban alam yang telah mengakar dalam budaya dan…

8 bulan ago

Budidaya Tanaman Sayuran

Berikut ini adalah skenario pembelajaran materi Budidaya Tanaman Sayuran mata pelajaran Prakarya Budidaya fase D…

9 bulan ago

ASUS ROG Phone 7 Series Hadir bagi Gamer Sejati

ASUS ROG Phone 7 Series hadir bagi gamer sejati. Seri ini menjanjikan performa optimal bagi…

10 bulan ago

Aktivitas Tanpa Batas, Guru Berkualitas, Murid Cerdas

Membuat konten positif sesuai passion adalah hak setiap orang. Termasuk warga sekolah. Bukan saja guru,…

1 tahun ago

IndiHome Dukung Semarak Merdeka Belajar di Sekolah

Bisakah IndiHome mendukung upaya mewujudkan Merdeka Belajar di sekolah? Bagaimana perannya terhadap guru sebagai pembuat…

1 tahun ago